~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#41 Manusia Setengah Salmon


Judul Buku : Manusia Setengah Salmon
Penulis : Raditya Dika
Halaman :272
Penerbit : Gagas Media


Manusia Setengah Salmon adalah kumpulan tulisan dari Raditya Dika yang ke-enam setelah Kambing Jantan, Cinta Brontosaurus, Radikus Makankakus, Babi Ngesot dan Marmut Merah Jambu.  Gaya bercerita komedi berdasarkan pengalaman sehari-hari yang sama juga dilakukan oleh Raditya Dika di buku ini. Kali ini, disamping cerita agak panjang yang ditulisnya, ada juga beberapa artikel kumpulan kicauannya di twitter.

Kali ini tema besar yang diusung dalam buku Manusia Setengah Salmon adalah tentang perpindahan. Raditya menceritakan tentang pengalamannya pindah rumah, hingga perasaannya saat pindah ke lain hati. Yang menarik adalah ketika Raditya menganalogikan perpindahan yang dia alami seperti perpindahan ritual yang dilakukan oleh ikan Salmon. Ikan Salmon setiap tahunnya akan melakukan mutasi dari hulu ke hilir hanya untuk bertelur. Ketika anak-anaknya sudah menetas, Salmon akan kembali ke tempat asalnya. Perpindahan yang dialami oleh ikan Salmon bukan tanpa resiko. Tidak sedikit Salmon yang mati selama perpindahan itu. Raditya mengibaratkan dirinya (dan mungkin banyak di antara kita) yang ketika mengalami perpindahan harus berjuang. Ada yang bisa saja terhilang dari diri kita setelah perpindahan itu, tapi juga hal baru yang akan mewarnai kehidupan selanjutnya.

Nyaris tidak ada yang baru dari buku Manusia Setengah Salmon jika dibandingkan dengan tulisan-tulisan sebelumnya. Masih lucu (bahkan ada yang terkesan dipaksakan lucu seperti pada tulisan "Interview with the Hantus"). Beberapa tulisan tetap diambil dari blognya yang sudah makin jarang di-update itu.  Bahkan ada satu tulisan yang berjudul Kasih Ibu Sepanjang Belanda sudah pernah dimuat dalam buku The Journeys, yang juga diterbitkan oleh Gagas Media pada tahun 2011.

Saya hanya memberikan bintang dua untuk buku kali ini. Disamping beberapa typo, seperti kata jerit malam yang seharusnya jurit malam, belite yang seharusnya belit (lupa halaman berapa),  saya kurang dapat gregetnya membaca buku ini. Seperti kata seorang teman di twitter bahwa dia sudah berada pada garis lelah membaca buku ke- enam dari Raditya Dika. Kalau perasaan seperti ini hanya saya dan teman saya itu yang merasakan, berarti mungkin kami yang harus berpindah ke jenis buku yang lain :)

By the way, masih ingat dengan Si Kebo di buku Kambingjantan? Itu.. (mantan) pacarnya Raditya yang juga difilmkan. Akhirnya di buku ini, terungkap juga nama aslinya, yang selama ini selalu dirahasiakan. Siapa namanya? Silahkan baca sendiri bukunya ya... :)


Be First to Post Comment !
Post a Comment