~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#320 Kedai 1002 Mimpi


Judul Buku : Kedai 1002 Mimpi
Penulis : Valiant Budi @vabyo
Halaman : 384
Penerbit : Gagas Media


Sudah pernah baca buku Kedai 1001 Mimpi? Belum? Saran saya, sebelum membaca buku ini, sebaiknya baca dulu buku sebelumnya, Kedai 1001 Mimpi. Buku yang bercerita tentang pengalaman penulis menjadi TKI di Saudi Arabia. Kenapa? Karena pengalaman yang dituliskan di buku itu menjadi dasar hadirnya buku sekuel ini. Lagipula ada beberapa tokoh (Teh Yuti, Bambang dan Mas Blitar) yang ga ada penjelasannya siapa mereka di buku ini. Atau kamu sudah baca? Yuk mari...




Valiant Budi (a.k.a Vibi a.k.a Vabyo) akhirnya bisa kembali ke tanah air. Meski dengan status sebagai "pelarian" dari tempat kerjanya, Sky Rabbit. Namun pulang ke tanah air, bukan berarti kisahnya selesai. Vabyo menuliskan pengalamannya dalam sebuah buku (Kedai 1001 Mimpi) yang kemudian menuai banyak reaksi pro-kontra. Sebenarnya sebelum dijadikan buku (saat Vabyo bercerita di media sosial secara berseri tentang pengalamannya itu) dia sudah mendapat banyak kecaman. Ada yang menuduhnya pembohong, murtad, menghina agama Islam, bahkan dituduh kafir. Jika hanya sebatas makian dalam bentuk tulisan mungkin Vabyo tidak perlu sampai menerima tawaran pil penenang dari kawannya. Ancaman datang dalam wujud yang lebih nyata. Ban mobil dikempesi, dilaporkan ke polisi, sampai kecelakaan seperti korban tabrak lari.

Dalam buku ini, Vabyo lebih banyak mengambil setting lokasi di Indonesia,khususnya Bandung, tempat dimana dia kemudian mendirikan sebuah usaha kuliner bersama kakaknya karena dia masih cinta pada kopi yang sudah membawanya ke Timur Tengah. Warung Ngebul namanya. Warung yang sangat laris berkat promosi di media sosial. Tapi, tetap saja Vabyo diselimuti kekuatiran karena teror yang masih saja berdatangan. Teror itu juga datang dalam bentuk mimpi dan khayalan, dimana Vabyo "menceritakan" kembali beberapa pengalamannya di Saudi Arabia.

Entah mengapa saya merasa ada yang kurang di buku kedua ini. Beberapa "kebab" (istilah bab dalam buku ini) seperti terpisah dengan kebab sebelumnya, sehingga cerita yang disajikan di kebab sebelumnya terasa nanggung tidak selesai. Misalnya cerita si pelapor ke polisi yang tidak ada lanjutannya (entah sengaja dibuat misterius atau memang hanya mereka saja yang perlu tahu). Lalu porsi Teh Yuti dan Bambang juga sedikit (padahal saya kangen sama mereka *lha*), bahkan Mas Blitar tidak ada kabarnya yang jelas.

Atau mungkin karena buku ini lebih berat pada kegalauan dan kegundahan hati si penulis. Dibandingkan buku pertama, ada  banyak "kejutan" berupa hal-hal undercover yang ditulis di sana. Membuat saya seperti mendapat tambahan pengetahuan baru. Bukan berarti di buku kedua ini tidak ada info berarti. Vabyo sempat memberikan tips untuk pergi ke Inggris di salah satu bagian buku ini, belum lagi kisah jalan-jalannya ke berbagai tempat di Eropa.

Akhir kata, saya salut pada kang Vabyo yang berbesar hati berbagi kisahnya dengan kita, bahkan ketika dia harus diancam mati karena telah berbagi. Saya berharap masih ada mimpi yang bisa dibagikan selanjutnya, karena saya yakin ada banyak penggemar yang menantikan kisah pemberani seperti Vabyo.

3 stars
Be First to Post Comment !
Post a Comment