~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#323 Interlude


Judul Buku : Interlude
Penulis : Windry Ramadhina
Halaman : 380
Penerbit : Gagas Media



"Selalu ada jeda untuk bahagia"

Hanna tidak bisa melupakan kejadian yang menimpanya setahun yang lalu. Kejadian yang membuatnya jatuh terpuruk dalam ketakutan, rasa rendah diri, dan putus asa. Setahun yang lalu, seorang pria yang dia percayai telah merenggut kegadisannya dengan paksa, dan menyisakan luka yang sangat dalam. Kini, Hanna mencoba kembali ke kehidupannya seperti sebelum kejadian itu, tapi dia tahu semua tidak lagi sama. Dalam ketakutannya, Hanna ingin sekali menghilang seperti buih di laut.


Hanna suka pada laut, bukan tanpa sebab. Dia ingin bisa seperti  Little Mermaid yang menjadi buih dan menghilang di lautan. Ketika dia berkenalan dengan Kai, dia teringat pada laut. Nama Kai yang berarti laut terasa istimewa bagi Hanna. Tapi Kai adalah pemuda dengan label brengsek. Kai suka bermain wanita, tidak setia, meninggalkan bangku kuliah meski nilainya cemerlang. Kai bahkan memaksa mencuri ciuman dari Hanna, karena menganggap Hanna sama seperti gadis lain yang berpura-pura lugu untuk mendapatkan dirinya. Perbuatan Kai membuat Hanna ketakutan, dan Kai menjadi marah. Namun saat Kai mengetahui mengapa Hanna berbuat demikian, Kai jadi merasa bersalah dan tidak bisa melupakan Hanna.

"Kalau begitu biarkan aku jadi lautmu"
"Aku akan membantumu meluruhkan semua celah itu."  (Kai)

Kisah Hanna dan Kai sebenarnya klasik. Gadis dengan masa lalu yang buruk, bertemu dengan bad boy, dan keduanya saling menyukai namun butuh perjalanan panjang untuk bisa bersatu. Yang membuat kisah ini menarik justru karakter-karakter pendukung yang ada di sekitar Hanna dan Kai. Kehadiran Gitta dan Jun, teman band Kai, dengan persoalan mereka masing-masing tidak membuat novel ini menjadi keberatan konflik. Malah permasalahan yang dihadapi Gitta membantu Hanna menemukan keberaniannya. Problem keluarga yang membuat Kai menjadi pemuda brengsek semakin memperkuat karakter Kai.

Windry selalu membawa keunikan dalam novelnya. Kali ini nuansa jazz menjadi bumbu di novel yang manis ini. Kalau di beberapa novel karya Windry sebelumnya saya merasakan kehadirannya dalam karakter tokoh utama, di novel ini saya tidak menemukan Windry dalam Hanna. Satu hal yang saya suka adalah perubahan karakter pada Hanna dan Kai yang tidak instan. Ada proses yang melibatkan banyak pihak.

Windry lagi-lagi berhasil meramu berbagai konflik menjadi cerita yang utuh, manis, sekaligus menyayat hati. Ketika saya membaca pengantar yang ditulis oleh Windry dan mengetahui novel ini bergenre new adult, saya sempat pesimis dan kuatir jika rasanya akan sama dengan novel-novel new adult dari luar negeri yang saya pernah baca. Tapi saya salah, Windry menunjukkan kepiawaiannya dalam menulis, membuat novel ini tetap bercita rasa new adult tanpa kehilangan jati diri ketimurannya. Maksud saya, kesan seksinya tetap dapat, tapi tidak kebablasan. Tidak berlebihan rasanya jika saya melabeli Windry sebagai pelopor new adult di dunia novel Indonesia. Salut juga buat Gagas Media yang senantiasa menghadirkan gebrakan baru.

5 stars
Be First to Post Comment !
Post a Comment