~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#337 Lelaki Harimau


Judul Buku : Lelaki Harimau
Penulis : Eka Kurniawan
Halaman : 190
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Margio dikenal sebagai bocah penggiring babi masuk ke dalam perangkap dalam perburuan babi yang dipimpin oleh Mayor Sadrah. Tapi di suatu sore bukanlah babi yang dikejar Margio. Kali ini dia membunuh Anwar Sadat dengan cara mencabik lehernya. Cara yang sangat keji dan tidak pantas, meski semua orang berpikir Anwar Sadat sedikit mirip babi.


Anwar Sadat bukanlah orang baik-baik. Meski sudah menikahi Kasia, perempuan terkaya kedua di desa itu dan memiliki tiga anak perempuan, Anwar Sadat masih doyan dengan perempuan. Istrinya seakan tidak peduli, asalkan tidak ada anak yang lahir dari perbuatan bejatnya itu. Laila anak sulungnya sering disebut sebagai perempuan yang bisa dipakai. Maesa Dewi, anaknya nomor dua, pamit pergi kuliah namun hanya setahun kemudian dia pulang membawa bayi merah dan calon suami. Anaknya yang ketiga, Maharani, konon berhubungan dekat dengan Margio. Itulah yang membuat orang-orang heran mengapa Margio membunuh Anwar Sadat.

"Bukan aku," kata Margio tenang dan tanpa dosa. "Ada harimau di dalam tubuhku."

Margio lahir dari pernikahan antara Komar bin Syueb dan Nuraeni. Sepanjang hidupnya Margio sering menyaksikan ayahnya memukuli ibunya. Terkadang Margio dan Mameh, adiknya, juga menjadi sasaran pukulan ayahnya. Kebencian Margio pada ayahnya terpupuk dengan baik di dalam dirinya. Seringkali dia ingin menerkam ayahnya, namun tidak dilakukannya. Margio merasakan harimau pemberian kakeknya yang hidup di dalam dirinya menunggu untuk beraksi. Tapi akal sehat Margio masih berkuasa atas harimau itu. Hingga suatu sore, setelah kematian ayahnya yang mengikuti kematian Marian, adiknya yang hanya berumur 7 hari, harimau itu memakan korban.

Novel ini cukup tipis, jika dibandingkan dengan dua novel karya Eka Kurniawan yang saya baca sebelumnya (Cantik Itu Luka dan Seperti Dendam). Sejak membaca CIL, saya jatuh cinta pada karya Eka Kurniawan yang jujur dan realistis. Pilihan kata yang vulgar dan blak-blakan seakan menelanjangi keadaan sosial yang terjadi di masyarakat. Sempat lama saya memasukkan novel ini dalam wishlist (waktu itu masih cover lama yang susah didapatkan), hingga akhirnya GPU menerbitkan ulang novel ini dengan cover bergambar kepala harimau.

Di dalam novel ini, Eka menyoroti kekerasan di dalam rumah tangga dan perselingkuhan yang terkadang didiamkan oleh sebagian besar orang-orang karena dianggap tabu. Ada tiga tokoh selain Margio yang menarik perhatian saya. Yang pertana adalah Komar si pelaku KDRT yang membuat saya membencinya. Namun perubahan karakter Komar  yang membaik kemudian membuat saya jadi kasihan padanya. Tokoh kedua adalah Nuraeni, gadis yang awalnya mencintai Komar tapi kemudian cintanya luntur karena Komar tidak perduli padanya. Meski akhirnya Nuraeni kawin juga dengannya, dia lebih akrab berbincang dengan panci dan kompor dibandingkan dengan suaminya. Tokoh ketiga adalah Mameh. Selain Margio dia adalah saksi kondisi yang menimpa ayah dan ibunya. Dia tahu kekejaman ayahnya, tetapi tetap menjalankan perannya dengan baik sebagai anak yang berbakti merawat ayahnya. Berbeda dengan Margio yang memilih minggat dari rumah.

Minim dialog, narasi panjang dengan kalimat beranak pinak serta bermetafora membuat saya sempat mengambil jeda beberapa hari (saat membaca bab pertama) sebelum kembali menamatkan buku ini dalam sekali duduk. Melalui alur mundur, akhirnya terbuka rahasia mengapa harimau di dalam tubuh Margio sedemikian kejinya meminta korban. Novel ini ternyata memikat dengan permainan psikologis di dalamnya. Yang pasti membuat saya menantikan novel Eka Kurniawan berikutnya.

4 stars
Be First to Post Comment !
Post a Comment