Judul Buku : Walking After You
Penulis : Windry Ramadhina
Halaman : 328
Penerbit : Gagas Media
Ketika Desember lalu saya mengetahui penulis favorit saya ini akan mengeluarkan satu lagi karya terbarunya, saya segera memasukkannya ke daftar wishlist, dan memesannya via online shop. Sesampainya buku ini di tangan saya, saya tidak segera membacanya. Saya menyimpannya untuk dibaca di awal tahun. Entah kenapa, tapi saat itu saya merasa hal itu harus saya lakukan. Dan saya tidak keliru.
An dan Arlet sepasang saudara kembar identik. Meski demikian keduanya sangat berbeda. An memiliki tangan seorang koki masakan Italia, sementara Arlet bertalenta sebagai koki kue. An adalah sosok yang kuat dan berani, sementara Arlet adalah gadis manis nan pemalu. Keduanya memiliki impian akan membuat sebuah trattoria, rumah makan dengan nuansa suburban yang kental dengan kekeluargaan. An akan memasak hidangan Italia, dan Arlet yang menyiapkan makanan pemanisnya. Namun, satu kejadian membuat impian itu tidak terlaksana. Kepergian Arlet di malam yang naas membuat An terjebak di dalam masa lalunya.
Demi mewujudkan impian Arlet dan membayar rasa bersalahnya pada Arlet, An bertekad untuk menjadi seorang koki kue. Berkat Galuh, sepupunya sekaligus pemilik toko kue Afternoon Tea, An diterima bekerja sebagai asisten koki di sana. Sayangnya, Julian sang koki, tidak begitu menyukai keberadaan An. Ada saja hal yang dilakukan An yang membuat Julian berang. Tapi An tidak mau menyerah hanya karena seorang koki yang super serius itu. Berkali-kali An berusaha menarik perhatian Julian. Dan hasilnya tidak jarang wajah Julian yang putih itu bersemu merah.
Perjuangan An menjadi koki kue inilah yang menjadi benang merah kisah manis karya Windry kali ini. Semakin keras An berusaha mewujudkan impian Arlet semakin besar kekacauan yang dibuatnya. Belum lagi kehadiran Jinandra, lelaki penyuka salsa yang membuatnya harus kehilangan Arlet dulu kembali hadir dalam hidup An. Tepat di saat dia merasakan dirinya mulai menyukai Julian.
Hal yang saya sukai dari setiap novel milik Windry adalah adanya profesi yang dibahas dengan serius di sana. Kali ini profesi koki kue dan koki masakan Italia mendapatkan giliran. Tidak tanggung-tanggung, ada banyak hal baru tentang kue-kue dan masakan Italia yang saya temukan di sana. Bahkan membuat saya beberapa kali menelan ludah dan membayangkan masakan yang dibuat oleh Arlet, Julian ataupun An sendiri. Uniknya novel ini, ada tokoh pencinta hujan bernama Ayu yang kisahnya pernah dibukukan dalam karya Windry sebelumnya (London : Angel).
Lantas, mengapa di awal saya mengatakan kalau saya tidak keliru membaca buku ini di awal tahun? Saya mendapatkan buku yang ditanda-tangani oleh Windry. Dia juga menuliskan kalimat ini bersama tanda tangannya.
Pelangi yang muncul setelah hujan adalah janji alam bahwa masa buruk telah berlalu dan masa depan akan baik-baik saja.
Kalimat yang dikutip dari pesan Arlet untuk An itu sangat pas untuk mengawali perjalanan baru di tahun ini. Mungkin bukan hanya saya yang punya masa-masa "hujan badai" di tahun sebelumnya. Masa-masa yang membuat kita rasanya ingin menyalahkan orang lain namun tidak bisa kita lakukan. Masa-masa dimana hati kita tidak bahagia. Masa-masa saat kita kehilangan tawa dan diam-diam memanjatkan doa ingin terlepas dari hal itu. Tetapi yakinlah setiap hujan badai itu berlalu ada pelangi yang indah yang membawa pesan masa depanmu akan baik-baik saja.
Kau tidak perlu melupakan masa lalu. Kau hanya perlu menerimanya.
Mungkin yang kau perlukan adalah secangkir kopi. Atau seiris tiramisu. Atau sepiring farfalle al salmone. Atau sebuah buku Walking After You.
Be First to Post Comment !
Post a Comment