~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#450 A Untuk Amanda



Judul Buku : A Untuk Amanda

Penulis : Annisa Ihsani

Halaman : 264

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

"Katakan pada saya, Amanda," kata Dokter Eli, "apa kau pernah mendengar tentang impostor syndrome atau sindrom penipu?"

Aku menggeleng. (Hal. 149) 


Jangankan Amanda, saya pun baru saja mendengar atau mengetahui tentang sindrom penipu saat membaca novel YA ini. Novel yang disebut-sebut sebagai YA lokal rasa luar negeri memang merebut perhatian saya sejak pertama kali terbit. Karena rate-nya cukup tinggi di GR (3.98 dari 87 rating) saya sengaja menyimpannya untuk dibaca saat santai. Dan keputusan saya tepat untuk membaca novel ini di kala liburan. Karena percayalah saat saya mengatakan novel ini membuat kening saya berkerut. Dalam arti baik tentu saja.

Amanda adalah seorang siswi SMA swasta terbaik di sebuah kota. Prestasinya mengagumkan. Dia selalu dipastikan akan mengangkat tangan saat guru-guru bertanya di kelas. Nilainya selalu sempurna, dengan indeks prestasi 4.00. Dia yakin suatu saat akan menjadi ilmuwan di bidang science, khususnya ilmu Fisika sejak mendiang ayahnya menjelaskan tentang proses terbentuknya pelangi di saat usianya 8 tahun. Dia punya pacar, Tommy, yang adalah sahabatnya sendiri - orang yang dengannya dia bayangkan akan menjalani hidup bersama dengan dua orang anak.

Tapi semuanya mulai berubah ketika Amanda berpikir bahwa semua nilai A yang diperolehnya selama ini hanya karena dia beruntung. Bahwa sebenarnya dia tidak pandai. Dia mulai ketakutan "rahasia" keberuntungannya akan terbongkar. Ketika Helena, gadis pesolek di kelasnya, bisa menjawab soal dengan jawaban yang sama dengannya, Amanda sangat kuatir. Apalagi saat gurunya menyuruhnya mendaftar ke universitas ternama di luar negeri, Amanda bertambah kuatir dia akan menjalani hari-hari tanpa Tommy.

Saat pertama kali membaca novel YA ini saya langsung sadar kalau YA yang satu ini sangat berbeda dengan YA terbitan GPU lainnya. Depresi yang dihadapi oleh Amanda mungkin tidak umum dialami oleh remaja kebanyakan di Indonesia. Malah kalau boleh saya mengatakan hanya klik tertentu yang mengalami kasus ini. Meski demikian pemikiran Amanda bukan hal yang baru bagi saya (hanya saja seperti Amanda, saya juga baru tahu kalau pemikiran/perasaan seperti itu punya nama). Merasa bahwa kali ini bisa lulus dalam suatu ujian bukan semata-mata karena kemampuan kita tetapi lebih karena faktor keberuntungan, dan sangat tidak yakin bisa mendapat keberuntungan itu lagi, benar-benar suck. Tapi saya bersyukur tidak seperti Amanda yang tenggelam dalam sindrom penipu sampai membutuhkan bantuan seorang psikiater. Btw, saya sempat merasa sebel lho sama karakter Amanda ini. Tapi semakin ke belakang saya mulai bisa memahami apa yang dirasakan Amanda.

Ada banyak hal yang bisa diambil dari YA ini. Salah satunya adalah menghadapi ketakutan. Hidup Amanda selalu diwarnai ketakutan akan masa depannya. Tapi seperti kata Dokter Eli, apa hal terburuk yang bisa terjadi ketika kau menghadapi ketakutanmu? Jawabannya ada saat kau menjalaninya.

Satu-satunya hal yang membuat saya bingung saat membaca novel ini adalah lokasi kotanya. Kalau melihat sistem pendidikan di dalam novel ini sepertinya berlokasi di luar negeri (yang pasti bukan di Indonesia). Tapi nama karakter-karakternya seperti orang Indonesia. Saya sempat mengalami kesulitan membentuk khayal di kepala saya untuk bisa "masuk" ke dalam kisah di novel ini, tapi kemudian coba saya abaikan soal lokasinya barulah saya bisa nyambung dengan ceritanya. Mungkin ini bisa jadi sekadar tips buat kamu yang ingin  membaca novel ini.

Tiga bintang untuk Amanda.

3 stars
3 comments on "#450 A Untuk Amanda"
  1. […] A Untuk Amanda – Annisa Ihsani […]

    ReplyDelete
  2. ini buku kayaknya banyak yg bilang bagus. Di ijak kira2 ngantri lama nggak ya

    ReplyDelete
  3. Buku ini belum ada di iJak setahu saya

    ReplyDelete