~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#76 Kisah Langit Merah


Judul Buku : Kisah Langit Merah
Penulis : Bubin Lantang
Halaman : 318
Penerbit : Gagas Media

Petualangan adalah candu. Sekali kau mulai, bahkan dirimu sendiri tak bisa menghentikan hasrat bertualangmu. Jika kamu membenci kegelisahan dan menyukai hidup yang tenang, jangan pernah memulai petualanganmu karena petualangan adalah sarang kegelisahan yang sengaja kau cari.
tidak
Petualangan bukanlah sekadar pergi dari satu tempat ke tempat lain, mengunjungi tempat-tempat jauh dan menyaksikan hal-hal baru. Petualangan bukan sekadar mengajak derap langkahmu menuju tempat-tempat asing yang kau idamkan. Petualangan adalah pergi tanpa titik tujuan, membiarkan dirimu tersesat, mencari, dan memilih; dan kamu tak tahu kapan harus pulang.


Jangan bertualang. Cukupkan dirimu pada pelesir ke tempat-tempat indah yang belum pernah kau kunjungi, dan tetapkan sebelum pergi kapan kamu harus pulang….

Oke. Membaca bagian belakang sampul buku ini membuat saya sangat tertarik untuk membacanya. Dalam bayangan saya buku ini berkisah tentang seseorang yang bertualang, dari satu kota ke kota lain untuk mencari sesuatu. Ternyata setelah membaca buku ini apa yang saya bayangkan sangat berbeda.

Langit Merah terlahir dalam keluarga kurang mampu. Bersama adiknya Trang Matahari (yang awalnya saya kira seorang perempuan) mereka harus menjalani fase hidup dalam serba kekurangan. Dalam buku ini digambarkan Langit dan Ari berbagi satu butir telur asin sebagai lauk, atau membuat air es plus essence jeruk pengganti limun. Ditambah lagi dengan mata sipit, makin lengkaplah ketidak beruntungan mereka. Seringkali mereka "dicina-cinakan" baik oleh teman maupun guru sekolah mereka. Dengan segala kekurangan itulah yang membuat Langit tumbuh sebagai pemuda penuh ambisi.

Cita-cita Langit adalah menjadi seorang wartawan. Langit berhasil menggapai cita-citanya, bahkan dengan pekerjaannya itu dia bisa melanjutkan studi master di Belanda. Langit juga digambarkan sebagai wartawan jujur dan lurus. Ketika sebagian besar teman-temannya terlibat korupsi dan menerima suap, Langit tidak bergeming. Hingga akhirnya Langit harus kehilangan pekerjaan karena sikap jujurnya itu.
Kisah Langit Merah adalah cermin tentang mimpi, benci, sakit hati, pengkhianatan, sekaligus mengajarkan keberanian untuk terus melangkah
 Bagian mimpi dan keberanian melangkah sudah jelas. Demikian juga soal pengkhianatan dan sakit hati. Tapi pengkhianatan dan sakit hati Langit bukan semata-mata karena pekerjaannya, tapi juga dalam urusan cintanya. Langit mencintai Daria, cinta pertama sekaligus cinta sejatinya. Sempat terucap janji setia antara Daria dan Langit.

"Seberapa besar cinta kamu buat aku, Day?' Memeluknya dari belakang, bertanya Langit kepadanya.


"Seberapa besar? Hmm.... Begini. Seandainya, ini seandainya saja, aku diperhadapkan pada dua pilihan, Bapak atau kamu, dan aku nggak bisa untuk nggak memilih satu dari kedua pilihan itu, barangkali aku akan memilih kamu. Sebesar itulah."
 Ya, hubungan Daria dan Langit memang tidak direstui oleh ayah Daria. Tapi ketika ayahnya berada di ujung maut, Daria mengingkari janji yang pernah dibuatnya. Daria memilih ayahnya dan menikah dengan lelaki pilihan ayahnya. Lelaki yang akhirnya juga mengkhianati Daria di kemudian hari.

Sebenarnya sudah lama saya mencari buku ini sejak dipromosikan sama seorang teman yang memberikan bintang lima untuk buku ini. Ketika akhirnya mendapatkan buku ini dan membacanya, saya hanya bisa ngasih dua bintang saja. Entah kenapa, saya tidak bisa menikmati jalan cerita buku ini. Ide ceritanya memang menarik, apalagi mengungkap mengenai karier seorang wartawan. Tapi ada beberapa hal yang membuat saya mengurangi banyak bintang untuk buku ini.

Pertama, penggalan dialog antara Lintang dan Daria di atas. Itu hampir ditemukan di tiap bab. Bahkan ada yang baru habis satu kalimat eh dialognya  muncul lagi. Bosan banget bacanya. Seakan ingin menegaskan pengkhianatan, tapi yah itu malah membosankan. Kedua, penggunaan huruf cetak miring yang menurut saya tidak teratur. Kadang sebagai pembeda antara bahasa asing dan bahasa Indonesia, kadang sebagai penggalan kenangan masa lalu. Ketiga, antara satu bab ke bab lain ga beraturan timing-nya. Begitu juga POV-nya, melompat-lompat ga beraturan. Keempat, terlalu banyak permasalahan yang diangkat:  korupsi, pekerjaan Langit dari wartawan hingga menjadi buruh di negeri orang, kisah cinta Langit, pengkhianatan, kegelisahan Ari. Dan semuanya nanggung, ga selesai, dan mendapat porsi sama.

Satu hal yang saya suka adalah penggunaan nama Langit Merah dan Trang Matahari. Walaupun ga jelas juga kenapa nama mereka seperti itu, tapi kedengarannya keren. Mungkin karena tidak umum digunakan. Ohya, ada juga beberapa ilustrasi seperti gambar cat air di beberapa halaman menambah poin untuk buku ini.



PS. Postingan untuk Name In A Book Challenge 2012

8 comments on "#76 Kisah Langit Merah"
  1. samaaa, aku jg gak bisa nikmatin buku inii :'(
    malah kalo seingetku aku ga baca smp habiss..

    ReplyDelete
  2. dari cover dan judulnya menarik banget... ternyata ceritanya nggak semarik cover dan judulnya yah mbak??? -__-

    ReplyDelete
  3. iya... soal selera juga sih :)

    ReplyDelete
  4. aku tertarik ma profesi tokohnya, dulu baca di tepi langit suka ma profesi tokohnya yang juga wartawan
    Dibahas mendalam gak profesi wartawannya?

    ReplyDelete
  5. Mbak Desty, saya dah lama baca buku ini, tapi sama, kurang bisa menikmati. Profesi tokohnya memang menarik sama dg tokoh dalam Tepi Langit. Cuma, Tepi Langit jauh lebih bagus dari Langit Merah :)

    ReplyDelete
  6. lebih fokus ke soal korupsi dalam tubuh pers.

    ReplyDelete
  7. saya baru tau kalo ada resensi buku bubin lantanG ini, pengarang favorit saya selama ini, bagi saya sih keren hehe (apalagi pas tau ini sebagian besar adalah cerita nyata..)

    ReplyDelete