~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#83 Delirium


Judul Buku : Delirium
Penulis : Lauren Oliver
Halaman : 518
Penerbit : Mizan Fantasy

Setelah membaca beberapa review di blog teman-teman BBI tentang buku ini plus hebohnya buku ini di dunia fantasy YA (Young Adult) beberapa waktu lalu, membuat saya memasukkan buku ini ke dalam wishlist.  Dan seorang teman (mbak @asdewi) mewujudkan wishlist saya itu dengan meminjamkan buku ini. Kebetulan (lagi) bulan ini ada baca bareng fiksi fantasy bersama teman-teman BBI. Klop sudah.

Kesan pertama yang mucul di benak saya saat membaca buku ini adalah:  "Gila ya... ini dunia siapa yang bikin sih? Menyedihkan sekali hidup di dalamnya. Jangan-jangan yang mencetuskan ide dunia ini pernah galau berkepanjangan".  Antara bosan dan emosi sama settingan dunianya, saya mencoba terus membaca setiap halamannya. Tapi begitu tiba di kisahnya Lena-Alex rasa bosannya hilang. Sayangnya bagian Lena-Alex porsinya kurang menurut saya. Di samping itu, sepertinya ada beberapa bagian terhilang di novel terjemahan ini. Mungkin karena di satu bagian alurnya menjadi cepat, di bagian lain alurnya melambat. Cover pada novel Delirium versi terjemahan ini juga sempat membuat saya tidak tertarik untuk membaca kisah fantasy ini. Saya lebih suka dengan cover versi aslinya, yang memperlihatkan wajah Lena.

Lena adalah seorang gadis berusia 17 tahun yang belum disembuhkan dari penyakit amor deliria nervosa a.k.a. cinta. Seperti prosedur pada umumnya nanti saat dia berusia 18 tahun barulah dia disembuhkan. Sebelum menjalani prosedur, Lena harus melewati evaluasi (semacam ujian). Yang membuat Lena khawatir adalah karena latar belakang keluarganya yang pernah bermasalah mungkin akan menggagalkan evaluasi-nya. Ibunya Lena, adalah seorang yang tidak bisa disembuhkan dari penyakit cinta ini. Setelah melalui serangkaian pengobatan, beliau memilih untuk bunuh diri demi mempertahankan cintanya. Kasus ibunya ini tentu menambahkan cacat di riwayat hidup Lena. Selain ibunya, kakaknya,Rachel, juga pernah mengalami penyakit cinta itu. Untungnya dia berhasil disembuhkan setelah melewati prosedur.

Ketika menjalani evaluasinya, ada insiden yang terjadi di laboratorium tempat evaluasi diadakan. Di saat insiden itulah Lena melihat Alex untuk pertama kalinya. Karena insiden itu evaluasinya dibatalkan. Suatu waktu Lena dan sahabatnya Hana melakukan kebiasaan mereka, lari di sore hari, tanpa sengaja mereka bertemu lagi dengan Alex. Pertemuan ini kemudian menjadi rutin dan tanpa sadar menumbuhkan benih-benih penyakit cinta pada Lena.

Alex ternyata adalah seorang Invalid (pemberontak yang hidup di luar kota dan menolak disembuhkan). Bersama Alex, Lena mulai mengenal kebebasan, cinta, dan petualangan di Alam Liar. Namun di sisi lain, Lena belum berani meninggalkan dunia yang sudah dikenalnya selama ini. Tetapi  perjalanannya ke penjara Kriptus mengubah segalanya. Rahasia terbesar yang disembunyikan darinya membuat matanya terbuka akan dunia yang penuh kebohongan tempat tinggalnya selama ini.

Di saat novel-novel YA lainnya mengagungkan cinta sebagai hal yang mulia, ide cerita yang mendeskripsikan cinta sebagai penyakit  membuat Delirium menjadi novel yang berbeda. Ide ini diperkuat oleh penulis dengan memasukkan beberapa tulisan di awal bab yang menjelaskan mengenai fenomena penyakit amor deliria nervosa itu. Membaca defenisi dan gejala penyakit cinta ini membuat saya berpikir kalau sebenarnya yang mereka mau basmi itu hanya gejalanya saja (susah makan, sulit konsentrasi, membangkang dansebagainya) . Tapi daripada repot, mereka memiliki untuk memusnahkan saja cintanya.

Cinta akan membunuh sekaligus menyelamatkanmu.

 Kalau boleh ngasih sedikit spoiler, kalimat di atas pas banget untuk  happy ending yang sedih dari novel ini :) Bikin penasaranlah pokoknya. Sambil menunggu lanjutannya di Pandemonium (Delirium #2), saya mau membaca kisah tentang Hana (Delirium @1.5) yang diterbitkan dalam bentuk ebook novella.



3 comments on "#83 Delirium"
  1. Penasaran sama cerita young adult satu ini. Tapi belum ketemu mood buat bacanya. Hahahhaha..
    Great review, Mbak Desty ^^

    ReplyDelete
  2. kurang suka sama dystopia yg satu ini :( tpi penasaran sama kelanjutannya, Pandemonium *duar*
    anyway, great review! XD

    ReplyDelete
  3. Novel yang keren banget ini. Saya kasih nilai full :lol:

    ReplyDelete