Judul Buku : Noda Tak Kasatmata
Penulis : Agnes Jessica
Halaman : 192
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Novel ini mengambil setting tahun 1998, masa di mana era Reformasi menggantikan Orde Baru. Sarah, seorang mahasiswa jurusan Sejarah, ingin melakukan penelitian mengenai penumpasan PKI pada tahun 1965 silam. Menurut Sarah, runtuhnya Orde Baru adalah momentum yang pas untuk mengangkat kebenaran tentang pelaku dan korban penumpasan PKI. Untuk itu Sarah memilih desa Karya, Jombang, salah satu basis PKI pada tahun 1965, sebagai lokasi penelitiannya. Untungnya, dosennya punya kenalan yang tinggal di desa itu dan siap menampung Sarah selama penelitian.
Tentu saja penelitian Sarah tidak berjalan dengan mulus. Tidak ada yang mau menjadi narasumber untuk membuka luka lama di kota itu. Lastri, anak dari kepala desa Karya, membantu Sarah dengan mengenalkannya kepada beberapa penduduk desa. Temasuk juga kepada Surya, pria yang dicintainya, anak salah seorang anggota PKI yang ikut tewas dalam penumpasan anggota PKI. Selama puluhan tahun Surya dan keluarganya merasakan susahnya hidup gara-gara label anggota PKI. Padahal ayahnya dulu ikut partai PKI dengan alasan yang sama dengan kebanyakan penduduk desa lainnya. PKI menawarkan kesamaan derajat pada anggotanya. Tidak ada yang kaya dan miskin, semua sama. Berkecukupan dan tidak kekurangan, sebagaimana paham komunis yang mereka ketahui. Semua petani dan buruh ikut PKI, yang makin lama makin besar. Dan ketika PKI ditumpas, banyak sekali petani dan buruh yang dibantai tanpa hukum yang jelas.
Awalnya Surya tidak mau memberikan keterangan apapun kepada Sarah. Tetapi, karena kegigihan Sarah, akhirnya Surya melunak. Dalam waktu 3 hari Sarah dan Surya menyadari bahwa mereka saling mencintai. Tentu saja Lastri yang sudah menaruh harapan lama kepada Surya merasa sakit hati. Bantuan yang diberikannya kepada Sarah justru dibalas Sarah dengan mengambil kekasihnya.
Alur cerita dalam novel ini cukup sederhana, dan hampir terkesan seperti tidak berkembang dengan baik. Seorang gadis yang seorang diri pergi meneliti tentang PKI pada akhir masa Orde Baru, dan hanya dilakukan dalam waktu kurang dari seminggu, dengan metode wawancara pada beberapa orang, rasanya terlalu gampangan. Apalagi penelitiannya untuk skripsi. Bahkan kepala desa tidak berperan apa-apa, misalnya memberikan pengarahan sebelumnya kepada masyarakatnya atau apalah untuk membantu seorang mahasiswa yang mencari data di desanya. Penelitian yang dilakukan oleh Sarah terkesan tidak resmi. Belum lagi kisah cinta Sarah dan Surya yang kilat, hanya 2-3 kali bertemu mereka sudah jatuh cinta. Saya malah lebih suka dengan kisah Dewi, kakak Surya, yang bisu gara-gara menjadi saksi mata pembantaian ayahnya, dan selama bertahun-tahun memendam cintanya pada Arif, anak seorang pemimpin tim penumpas PKI.
sering mendengar tentang Agnes Jessica, tetapi sampai saat ini aku belum pernah membacanya. :D
ReplyDeletedari review mbak, sepertinya konflik yang diangkat begitu rumit ya...
jadi pingin baca...
semoga aku terhanyut dalam kisahnya...
^_^