Judul Buku : Coba Tunjuk Satu Bintang
Penulis : Sefryana Khairil
Halaman : 208
Penerbit : Gagas Media
Novella ini diawali dengan kisah Dio yang memilih meninggalkan Marsya demi mengejar impiannya menjadi ahli astronomi. Rencana pernikahan mereka tentu saja batal. Marsya tidak berbuat apa-apa selain berkata, "Aku tahu, mimpimu lebih berarti daripada apa yang udah kamu miliki." Kisahnya pun melompat 3 tahun kemudian. Meskipun Dio sudah berusaha mengejar mimpinya sampai ke Hamburg-Jerman, Dio menyadari kalau dia tidak bisa melupakan Marsya. Kalung dengan liontin bintang pemberian Marsya masih disimpannya. Ketika masa liburan tiba, Dio pulang ke Indonesia dengan harapan bisa mendapatkan kesempatan lagi dari Marsya.
Sementara itu, Marsya tenggelam dalam kegiatan melukisnya. Berbeda dengan 3 tahun yang lalu, lukisan Marsya saat ini menjadi suram. Marsya memutuskan untuk pergi menyendiri sejenak ke suatu tempat yang disebutnya sebagai pusat gravitasi bumi. Di sana dia bertemu dengan Andro, seseorang yang pernah dikenalnya dulu. Bersamaan dengan itu Dio kembali hadir di hadapannya. Merasa sakit hatinya belum sembuh, Marsya menghindari Dio dan tidak memberikan kesempatan bagi Dio untuk menjelaskan kepergiannya dahulu. Meskipun sahabat mereka, Rama dan Kimmy, sudah turun tangan berusaha mempersatukan mereka, Marsya tetap menutup diri. Marsya justru menerima cinta yang ditawarkan oleh Andro, meski dengan hati yang bimbang.
Kisahnya masih berlanjut, masih ada tarik-ulur antara Dio dan Marsya ala sinteron kejar tayang. Tapi saya malas menuliskannya, ntar tahu-tahu malah saya menceritakan isi satu buku. Kenapa saya bilang begitu? Ya karena novella ini memang singkat. Sudah gitu hurufnya gede-gede pula seperti bacaan anak-anak. Saya saja membacanya kurang dari 2 jam.
Yang saya ga mengerti kenapa Dion harus meninggalkan Marsya hanya untuk kuliah ke Jerman? Kerjaan Marsya kan pelukis ya... bisa kan melukis di Jerman? Kalau Dio memang segitu cintanya sama Marsya ya tentu dia memikirkan cara bagaimana bisa mendapatkan impian sekaligus cintanya.
Saya nyaris ga percaya kalau novella ini karya mbak Sefryana. Beberapa karya beliau sebelumnya jauh lebih bagus daripada yang ini. Yang satu ini terasa dangkal. Kalau bukan karena quotes tentang bintang-bintang di dalamnya, saya ga ragu ngasih bintang satu saja.
Postingan ini ditulis untuk #UnforgotTEN Project No.3
desty, review ini dirimu tweetkan ke penerbit? punyaku ga, entah ntar di RT si Bebi yah...
ReplyDeleteiya mbak.. aku cc-kan ke gagas juga
ReplyDelete