Dua hari yang lalu, tepatnya 20 Mei 2020 adalah tepat dua tahun sejak kepergian papaku. Saat membaca sinopsisnya saya langsung memutuskan harus membacanya sekarang, setelah menyimpan buku ini selama 7 tahun di rak buku.
Apa yang akan kau lakukan seandainya kau diberi satu hari lagi bersama orang yang kau sayangi, yang telah tiada?
Nggak, saya nggak seputus asa Charley, tokoh dalam novel ini, yang ingin menghabisi hidupnya setelah serangkaian kegagalan yang dihadapinya. Berpisah dengan istrinya, pekerjaan berantakan, dan tidak diundang saat pernikahan putri satu-satunya. Charley memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di kota tempatnya lahir. Saat dalam perjalanan ke kota itu, dia mengalami kecelakaan. Namun Charley masih bisa bangkit dan berjalan sampai ke rumahnya. Dan di sana dia bertemu dengan ibunya. Hal yang tidak mungkin, karena ibunya sudah meninggal beberapa tahun sebelumnya. Meski merasa tidak mungkin, Charley melewati satu hari penuh bersama ibunya. Mengunjungi beberapa orang yang juga akan berakhir hidupnya.
Di sela-sela perjalanan bersama ibunya, Charley mengulas balik kehidupannya. Sejak ayahnya meninggalkan keluarga mereka, saat-saat dia dibela oleh ibunya, saat-saat dia tidak membela ibunya, atau ketika sampai akhir hidup ibunya, yang Charley selalu pikirikan adalah membuat ayahnya bangga. Membuat dirinya menjadi anak ayah, bukan anak ibu.
Ada banyak rahasia terungkap, hal-hal yang tidak diketahui oleh Charley sebelumnya. Hal yang kemudian mengubah cara pandangnya terhadap ibunya dan juga ayahnya. Terlebih lagi cara dia menghadapi hidup yang harus dijalaninya
Novel ini menyentuh saya sedemikian rupa. Saya merasa saya juga ingin punya satu hari lagi untuk bercakap-cakap secara pribadi, heart to heart , dengan Papa. Hal yang tidak sering saya lakukan semasa beliau masih hidup. Mungkin kesempatan itu akan datang, mungkin juga tidak. Di akhir kisah ini, ada satu kata yang diucapkan oleh seorang wanita untuk Charley. "Perdonare" yang berarti "maafkan". Kata yang sama yang saya bisikkan di telinga Papa menjelang nafas terakhirnya. "Maafkan saya, Pa."
In memoriam of Papa, May 20th 2018.
Satu Hari Bersamamu
Mitch Albom
248 halaman
Gramedia Pustaka Utama
Desember, 2010
Be First to Post Comment !
Post a Comment