Judul Buku : Pintu Harmonika
Penulis : Clara Ng & Icha Rahmanti
Halaman : 307
Penerbit : Plot Point
Pintu Harmonika bercerita tentang surga di mata 3 orang anak: Rizal, Juni dan David. Ketiganya tidak sebaya, Rizal kira-kira duduk di bangku SMA, Juni SMP, dan David masih SD. Tapi ketiganya menemukan bahwa tanah kosong, pesing dan penuh ilalang di belakang ruko David adalah sebuah surga. Ohya, ketiganya tinggal di kompleks ruko yang saling berdekatan. Pak Firdauz, ayah Rizal, adalah pedagang barang kelontong. Pak Niko, ayah Juni, pengusaha sablon. Imelda, ibu David memiliki toko kue.
Rizal, pemuda dengan motto #anti #pencitraan. Dia ikut ayahnya pindah ke ruko itu tidak lama setelah ibunya meninggal dunia. Sewaktu ibunya meninggal, meski sedih, Rizal tidak bisa menangis. Anehnya, ketika dia harus tinggal di ruko baru, dengan segala keterasingan dan kelelahannya, dia menangis di suatu tanah kosong di belakang ruko. Tanah yang akhirnya dia sebut surga. Dari lokasi itu, dia mengenal Juni dan David, yang sama-sama sepakat lokasi itu adalah surga bagi mereka. Dalam kesendiriannya, Rizal menemukan bahwa dunia maya adalah dunia yang bisa membawanya kemana saja dan menjadi siapapun yang dia mau. Lewat dunia maya, Rizal menjadi terkenal. Di sekolah dia menjadi sosok idaman. Sayangnya prestasinya di bidang mata pelajaran Matematika tidak secemerlang itu. Untuk mendongkrak nilainya, dia harus membantu Cynthia mencari dana untuk kompetisi dancer. Karena ketenarannya, persoalan itu menjadi mudah bagi Rizal. Masalahnya ada persoalan lain yang harus dihadapinya. Surga mereka akan dijual. Bersama Juni, Rizal berusaha mencari jalan agar Surga itu tetap ada.
Juni adalah gadis kutu buku yang juga berprestasi di sekolah. Tapi karena prestasinya, dia malah di-bully oleh seniornya. Dua kali Juni pulang dalam kondisi memar. Meskipun dia bisa berbohong pada kedua orang tuanya, tapi dia tidak bisa mengelabui Rizal. Karena Juni sudah dianggap sebagai adiknya sendiri, Rizal memberikan pelajaran bela diri bagi Juni. Sejak saat itu, Juni menjadi berani, dan tanpa disadarinya di sekolah dia malah mem-bully adik kelasnya. Dalam suatu kejadian, ternyata ada seorang adik kelasnya yang justru berani melawan Juni. Juni tidak terima dan memukul gadis itu. Kasus ini berbuntut panjang. Selain diskors dari sekolah, ayah Juni harus kehilangan klien besar, yang tidak lain adalah ayah dari gadis yang dipukulnya. Di rumah, hubungan Juni dan ayahnya memburuk. Selain harus menghadapi masalah Surga yang akan dijual, ternyata ayahnya juga berencana mau menjual ruko mereka. Juni harus bertindak agar keduanya tidak hilang dari hidupnya.
David adalah yang termuda dari mereka bertiga. Sejak kecil dia sudah ditinggalkan ayahnya, dan hidup berdua dengan ibunya. David menyukai kisah misteri dari buku-buku detektif milik Juni. Kalau sedang ada di Surga, David memilih bersama Juni membaca buku. Karena larut dalam fantasinya, David berusaha memecahkan misteri ketika dia mendapati ada yang aneh terjadi di rumahnya. Bukan hanya karena ibunya mulai berubah menjadi sosok yang dingin, tetapi juga ketika dia mendapatkan bulu berwarna hitam mengkilat dan mendengar suara-suara aneh dari atap rumahnya. Berhubung dia tidak diajak dalam misi menyelamatkan Surga (yah... Rizal dan Juni memang masih menganggapnya sebagai anak kecil), David berusaha mengungkap misterinya sendiri.
Membaca kisah Rizal yang gaul dan Juni yang complicated mengingatkan kita pada permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi oleh remaja. Seperti Rizal misalnya, meski menyangkal dirinya anti pencitraan, dia justru membangun image dirinya di dunia maya dan membawanya ke dunia nyata. Tanpa sadar dia membuat pencitraan dirinya, dan menutupi siapa dirinya yang sebenarnya. Kemudian Juni, yang tadinya korban bullying. Alam bawah sadarnya membuat dia harus mencari keadilan dan membela dirinya. Ketika dia justru terjebak menjadi sosok yang tadinya dibencinya, Juni dihadapkan pada kenyataan bahwa dirinya mengalami perubahan. Konflik dengan keluarga juga dialami banyak remaja ketika komunikasi dalam keluarga menjadi tidak lancar.
Sampai di sini saya memberikan 3 bintang untuk kepiawaian duet penulis handal ini meramu kisah remaja.
Masuk dalam kisah David, saya mulai menemukan kerancuan. Menurut saya, karakter David terlalu dewasa untuk anak seusia dia. Okeylah dia mungkin mendapatkannya dari pengalaman hidup yang bisa dibilang berat. Dia harus melihat ibunya berjuang menghidupi mereka berdua sejak kepergian ayahnya. Tapi sosok David yang saya dapatkan lewat kisah Rizal dan Juni sangat berbeda. Ketika David berhasil membuka misteri yang terjadi di rumahnya, saya malah merasa seperti ingin meletakkan buku ini dan menghentikan membacanya. Masak iya, Rizal dan Juni tidak melihat ada yang berbeda dari David yang sudah dianggap sebagai "adik" mereka sendiri? Sebegitu sibuknyakah mereka mempertahankan Surga mereka sampai "adik" mereka bisa terlupakan? Maaf, tapi saya harus bilang, saya tidak suka dengan ending-nya.
Terlepas dari kekesalan saya pada ending-nya, saya suka dengan covernya yang cantik dan kreatif (yang karena kreatifnya sampai-sampai susah disampulin *colek Lulu*). Sayangnya, gambar ruko di depannya saja sudah ga sesuai dengan isi ceritanya. Katanya ruko punya Rizal ada di tengah, tapi kalau di cover-nya malah ruko Juni yang di tengah. Trus ditambah saya sempat bingung dengan pemakaian kata harmonika. Setahu saya harmonika itu alat musik tiup yang berbentuk seperti balok kan? Gak ada miri-miripnya sama rolling door ruko. Kalau akordion iya... Tapi ketika saya cari di google untuk gambar harmonika, ternyata yang saya kira akordion itu memang harmonika. Apa selama ini saya salah pemahaman ya?
Katanya buku ini sudah diangkat menjadi film dengan judul yang sama. Saya bilang katanya karena saya juga belum nonton. Tapi (lagi-lagi) katanya pemeran filmnya ga cocok dengan karakter di buku. Silahkan deh cari trailer filmnya. Atau malah kamu sudah nonton ya?
Be First to Post Comment !
Post a Comment