~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#207 How To Mend A Broken Heart


Judul Buku : How To Mend A Broken Heart
Penulis : Amy  Andrews
Halaman : 134 (ebook)
Penerbit : Harlequin


Sudah sepuluh tahun Tess dengan rutin mendatangi makam bayinya tepat pada hari kematiannya. Sepuluh tahun yang sangat berat baginya. Bukan saja karena dia kehilangan bayinya, tetapi juga dia kehilangan keluarganya. Sejak kematian Ryan, Tess terus berada dalam penyesalan. Tess tahu Fletcher, suaminya, pun merasakan hal yang sama. Rumah tangganya menjadi dingin, dan ketika dia mengajukan perceraian kepada Fletcher, suaminya langsung mengiyakan permintaannya. Tess menganggap dirinya adalah ibu dan istri yang gagal. Seandainya saja dia tidak tertidur karena migrain, mungkin Ryan masih ada di pelukannya sekarang. Dan hubungannya dengan Fletcher tentunya tidak seperti saat ini.

Fletcher mengamati Tess dari kejauhan. Rutinitas mantan istrinya setiap tahun itu yang membuatnya datang ke pemakaman ini. Fletcher sendiri menyesali mengapa dahulu dia juga tertidur setelah lelah bertugas jaga di rumah sakit malam sebelumnya. Atau mengapa dia tidak memperbaik kunci pintu yang rusak sejak seminggu sebelumnya saat Tess memintanya. Jika dia melakukan hal yang sebaliknya dari apa yang dilakukannya sepuluh tahun lalu, dia tidak akan mendapati tubuh biru Ryan di halaman belakang rumahnya. Dan tentu saja dia tidak kehilangan satu-satunya wanita yang dicintainya. Kali ini, Fletcher menemui Tess dengan satu (atau dua) misi yang mungkin akan ditolak oleh Tess.

Jean, ibu dari Fletcher, menderita Alzheimer selama 5 tahun dan selalu menanyakan tentang Tess. Somehow, pikiran Jean berada pada masa dimana Fletcher dan Tess baru saja menikah. Selama ini Jean didampingi oleh Trish, adik Fletcher. Tetapi Trish sedang mengandung dan kehamilannya yang sulit membuatnya tidak bisa mendampingi Jean. Fletcher-lah yang mengambil alih tugas itu. Namun dengan kesibukan penelitiannya, Fletcher tidak bisa berada di sisi Jean setiap saat. Sejak perpisahan mereka, Fletcher menenggelamkan dirinya dalam penelitian mengenai kerusakan otak akibat hypertemia. Jean tidak bisa didampingi oleh orang asing, dan dia sering mencari Tess. Pengalaman Tess sebagai seorang perawat yang menghadapi pasien dementia juga mendukung Fletcher meminta bantuan dari Tess. Fletcher tahu hal tersebut tidak mudah bagi Tess. Tapi Fletcher juga ingin istrinya kembali padanya.

Banyak sekali emosi yang diangkat dalam novel ini. Novel ini mengisahkan tentang bagaimana keluarga yang kehilangan anaknya berusaha bangkit dari rasa penyesalan diri dan luka di masa lalu. Di samping itu, mereka pun menghadapi kenyataan orang tua yang disayangi pelan-pelan mulai melupakan apa yang di sekelilingnya. Belum lama sebelum saya membaca novel ini, mama bercerita tentang kondisi nenek saya yang mulai menurun. Dia mulai melupakan orang-orang yang ada di dekatnya, mengalami disorientasi waktu, dan sepenuhnya bergantung pada orang lain. Jadi, saya memahami sekali apa yang  dirasakan oleh Tess dan Fletcher  dalam menghadapi Jean. Saat satu per satu masa lalu itu kembali datang menghantui dan bagaimana mereka berdua berusaha mengatasinya dengan sekuat tenaga.

Amy Andrews sendiri yang adalah seorang perawat berusaha membuat novel ini serealistis mungkin. Dengan beberapa istilah dunia medis dan psikologi membuat novel ini terasa lengkap dan membuat pembaca larut dalam karakter yang diciptakannya. Dia tidak membuat alur cerita everything-is-okay-now-and-the-future-must-be-good untuk para tokoh. Dengan mengambil POV orang ketiga, pembaca bisa ikut memahami pergumulan diri Fletcher dan Tess. Sayangnya, bagian penyelesaian konflik di akhir cerita terkesan seperti ingin segera diakhiri. Tiga bintang layak diberikan untuk novel ini.

3 stars
Be First to Post Comment !
Post a Comment