~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#272 Dua Saudara


Judul Buku : Dua Saudara
Penulis : Jhumpa Lahiri
Halaman : 68
Penerbit : BukuKatta

Suatu hari saya mendapatkan paket kejutan dari penerbit BukuKatta. Isinya berupa 3 buku seri sastra terjemahan, dan 1 buku berisi kumpulan review Enigma.Tiga buku seri sastra terjemahan ini tipis, karena berupa cerita pendek, dan bisa selesai dibaca dalam satu kali duduk. Namun yang menarik bagi saya adalah karena ketiga buku ini adalah karya sastrawan dunia terkenal, yang karyanya belum pernah saya baca sebelumnya. Saya menganggap 3 bacaan ini sebagai perkenalan.


Dua Saudara adalah salah satu cerpen karya Jhumpa Lahiri. Beliau adalah penulis Amerika keturunan India yang pernah mendapatkan penghargaan Pulitzer untuk Fiksi tahun 2000 atas karya debutnya Intrepeter of Maladies. Dalam cerpen ini, dia juga berkisah tentang dua orang bersaudara yang dilahirkan di India, bernama Subhash dan Udayan. Beda usianya hanya 15 bulan, dengan Subhash yang lahir terlebih dahulu. Keduanya sangat mirip sehingga seringkali dikira sebagai anak kembar. Apalagi keduanya bersekolah di tingkat yang sama.

Di masa kecil hingga remaja, terlihat Udayan lebih unggul dibanding kakaknya. Ketika kakaknya meminta hadiah kotak catur, Udayan memilih hadiah sebuah radio. Udayan selanjutnya tertarik dengan elektronika dan kelistrikan. Radio inilah yang kemudian memperkenalkan Udayan kepada dunia politik. Ketika mereka beranjak dewasa dan selesai menamatkan jenjang sarjana, mulai terlihat jalan pilihan mereka yang berbeda. Udayan memilih terjun ke dunia politik, sementara Shabash memilih pergi ke Amerika melanjutkan pendidikannya di bidang Kimia.

Perpisahan mereka sempat membuat keduanya berjauhan, baik dalam arti jarak sebenarnya maupun hubungan mereka. Di Amerika Shabash mendengar bahwa adiknya ikut dalam gerakan anti perang, memimpin massa untuk melakukan demonstrasi. Shabash bukannya tidak memahami, hanya saja dia memilih tidak mengambil pusing. Hingga suatu hari telegram datang mengabarkan kematian adiknya.

Mengambil setting tahun 1970-an, Jhumpa Lahiri mencoba mengangkat tentang pilihan hidup dua bersaudara. Perang revolusi membawa perubahan bagi kedua bersaudara ini. Bukan hanya jalan hidup mereka, tetapi juga cara kedua orang tua mereka menyikapi anak-anaknya. Shubash yang memilih jalan "aman" menjadi kesayangan keluarga, meski berada jauh dari keluarganya. Sementara Udayan yang senantiasa berada di India dianggap melakukan pemberontakan bukan hanya bagi negara, tapi juga bagi adat istiadat. Pasalnya Udayan memilih sendiri istrinya, hal yang tidak lazim dimana istri adalah hadiah orang tua bagi anaknya.

Saya sempat kesulitan membaca cerpen ini dikarenakan tidak ada tanda baca berupa tanda petik yang menandakan kalimat itu berupa percakapan atau bagian dari paragraf biasa. Namun saya senang bisa mengenal karya Jhumpa Lahiri. Meski tipis dan murah (konon harga buku ini hanya Rp. 15,000 dan cuma bisa dibeli secara online), tapi isinya jelas tidak ringan.

3 stars
Be First to Post Comment !
Post a Comment