Judul Buku : Sincerely Yours
Penulis : Tia Widiana
Halaman : 248
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Kurang lebih dua tahun yang lalu, saya pernah membaca novel dengan label Amore di sampul depannya. Setelah menutup buku, saya sedikit kecewa. Novel itu tidak ada bedanya dengan Harlequin. Kesan pertama yang tidak menyenangkan membuat saya menutup mata pada novel Amore. Tapi, saat saya membaca review beberapa teman mengenai novel ini saya jadi penasaran. Saya ingin mencicip lagi novel Amore, namun dengan menaruh ekspektasi saya di tempat yang tidak tinggi. Apalagi novel-novel Amore dari GPU sepertinya sedang naik daun :)
Novel ini dibuka oleh kisah thriller yang cukup mencekam. Seorang bayi ditemukan tewas dengan leher hampir putus. Tapi jangan tertipu oleh prolognya, novel ini sama sekali nggak sekejam itu. Satu-dua bab terlewati, saya jadi bertanya-tanya kenapa prolognya kisah sadis sperti itu? Apakah maksudnya hanya mau ngasih tahu pembaca kalau seperti inilah karya Inge (tokoh utama dalam novel ini) yang adlah seorang penulis thriller? Sepenting itukah?
Pertemuannya dengan Alan terjadi tanpa sengaja, ketika Alan salah minum obat pemberian tetangga depan rumah Inge. Alan sendiri adalah pemilik usaha konstruksi, penyedia jasa servis segala rupa untuk kompleks perumahan itu. Karena kekeliruan tetangganya Inge, Alan terpaksa harus menginap di rumah Inge. Perkenalan Alan dan Inge berlanjut. Singkat cerita, baik Alan dan Inge sama-sama menikmati keakraban mereka. Alan pun memutuskan dia ingin mengenal Inge lebih jauh. Dia jatuh hati pada Inge. Sebenarnya perasaan Alan akan berbalas, jika saja Inge tidak menemukan fakta bahwa Alan baru saja memutuskan kekasih-delapan-tahunnnya agar bisa bersama Inge. Inge tidak terima dan pergi meninggalkan Alan.
Konfliknya ternyata nggak sesimpel itu. Inge yang dibayangi masa lalunya membuatnya memandang apa yang dilakukan Alan itu salah besar. Brengsek. Sementara Alan berusaha meyakinkan Inge hingga satu titik dia berhenti. Lantas bagaimana kelanjutan kisah Alan dan Inge?
Di luar dugaan saya, saya ternyata menyukai novel ini. Bahasanya luwes meski menggunakan kalimat baku baik di dalam dialognya. Meski Alan rasanya masih too good to be true, tapi Inge dengan segala kekurangannya yang manusiawi justru mengimbangi Alan. Munculnya orang ketiga, keempat dan kelima juga ikut "meramaikan" konflik tapi tidak membuat isi novel ini terlalu crowded. Ada perkembangan karakter yang dialami Inge, Inge yang awalnya seorang yang tertutup dan penuh amarah, akhirnya bisa membuka dirinya dengan orang lain.
Kita harus belajar memaafkan orang lain untuk bisa berdamai dan merasa bahagia dengan diri sendiri
Ohya,
hampir mendekati akhir barulah terungkap mengapa ada prolog sesadis itu
di awal novel ini. Saya jadi memberikan poin plus tersendiri dengan
pemilihan alur yang sempat membuat saya clueless. Trus adegan
maju mundur yang sepertinya membuat timeline novel ini berantakan,
justru membantu pembaca memahami situasi dari dua belah pihak meski
dengan gaya POV orang ketiga. Tenang saja, tidak akan membingungkan.
Kali
ini saya tidak merasakan aura Harlequin. Tidak juga semewah Metropop.
Romansa dengan rasa Indonesia benar-benar hadir di dalam novel
ini. Sepertinya saya akan mulai mencari Amore-Amore lainnya. Semoga bisa
sebaik novel yang satu ini.
PS. Untuk Mbak Tia, nulis cerita thriller dong. :D
Be First to Post Comment !
Post a Comment