Judul Buku : Touché: Rosetta
Penulis : Windhy Puspitadewi
Halaman : 200
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Penggemar novel fantasy dalam negeri mungkin sudah menunggu terbitnya kelanjutan serial Touché ini. Buku kedua-nya terbit pada tahun 2014, dan sesuai siklus 3 tahunan (menurut penulisnya), maka buku ketiga diterbitkan pada tahun ini. Sebelum membacanya, saya mau ngasih peringatan: read on your own risk.
Seperti kisah para kaum Touché sebelumnya, kali ini kita akan diajak berkenalan dengan Edward Kim, pemuda berpostur tinggi agak kurus dan bermata sipit yang memiliki kemampuan bisa menyerap informasi dari sebuah tulisan hanya dengan menyentuhnya. Keunikannya apapun bahasa dan tulisan yang tertera di situ, bisa dipahami langsung oleh Edward. Namun kemampuannya ini tidak bisa berlaku jika tulisannya merupakan produk digital. Profesor Fischer yang menyadari kemampuan Edward memanfaatkannya untuk keperluan menerjemahkan prasasti atau dokumen kuno. Hal ini tentunya menguntungkan Profesor Fischer, sementara bagi Edward tidak ada masalah selama dia mendapatkan banyak uang.
Masalah mulai muncul ketika salah satu Profesor Hamilton, rekan kerja Profesor Fischer, ditemukan tewas terbunuh. Ellen Hamilton, putri angkat Profesor Hamilton bersama dengan Yunus King, meminta bantuan Edward untuk membuka brankas rahasia yang diduga akan memberikan jawaban siapa pembunuh Profesor Hamilton. Pada kesempatan itu juga, Edward mendapatkan penjelasan dari Yunus mengenai siapa dirinya. Edward sangat terkejut mengetahui ada banyak orang terkenal yang termasuk dalam kaum Touché seperti dirinya. Termasuk Jean-Francois Champolitan, yang menerjemahkan Batu Rosetta.
Petualangan Edward, Ellen dan Yunus untuk membuka misteri pembunuhan Profesor Hamilton dimulai. Ketika Edward (dibantu oleh Ellen yang memiliki ingatan eidetic) berhasil membuka brankas itu mereka menemukan buku tua yang berisi tulisan-tulisan kuno. Edward menerjemahkan seluruh isi buku itu, dan memindahkan terjemahannya di dalam laptop milik Ellen. Tanpa mereka sadari, nyawa mereka menjadi taruhannya.
Novel ini sungguh adalah novel yang page-turner. Membaca novel ini mengingatkan saya saat membaca buku-buku Dan Brown, karena misteri yang ingin dipecahkan oleh Edward dan timnya terkait dengan para tokoh legendaris dari Italia seperti Michaelangelo dan Leonardo Da Vinci. Siapa yang menyangka kalau mereka juga termasuk dalam Touché ? Meski saya bisa menebak beberapa bagian dari misteri di dalam novel ini (seperti patung David dan lukisan di langit-langit kapel) dan juga siapa yang membunuh Profesor Hamilton, tapi saya ikut merasakan rasa penasaran dan ketegangan saat membaca novel ini.
Lantas resiko apa yang saya singgung di awal postingan ini? Karena novel ini ditutup dengan ending mengejutkan sekaligus menggantung. Belum lagi ada kehadiran Hiro Morrison yang membuat saya semakin penasaran. Membayangkan baru bisa membaca kelanjutannya 3 tahun lagi sempat membuat saya kesal.
Aku udh bca yang stu sama duanya, aku ska bnget sma tokoh hiro... jdi gx sabar mau bli bku yg ktigany
ReplyDelete