Judul Buku : Notasi
Penulis : Morra Quatro
Halaman : 294
Penerbit : Gagas Media
suatu hari aku akan kembali
Nalia, mahasiswi Kedokteran Gigi UGM tidak menyangka jika kedatangannya sore itu ke Fakultas Teknik akan mempertemukannya dengan Nino, salah satu mahasiswa Teknik Elektro. Sore itu dia datang untuk mengajukan penawaran iklan kegiatan BEM Fakultas Kedokteran Gigi untuk disiarkan lewat radio mahasiswa buatan anak-anak Elektro, Jawara FM. Sayangnya harga yang terlalu mahal membuat Nalia mengurungkan niatnya. Masih ada stasiun radio mahasiswa lainnya, di D3 Teknik Elektro. Sayangnya ijin siaran radio di D3 itu sudah dicabut oleh dekan. Nalia bukannya tidak menyadari di balik semua ini ada persaingan antar fakultas untuk memperebutkan kursi Presiden BEM universitas. Farel, mahasiswa Teknik Elektro adalah saingan berat Tengku, sahabatnya di Kedokteran Gigi.
Tetapi persaingan itu tidak berlangsung lama. Saat itu tahun 1998, masa dimana mahasiswa sedang melakukan pergerakan menentang rezim Orde Baru. Adanya serangan dari aparat tidak dikenal ke dalam kampus yang menembakkan peluru karet mempersatukan para pengurus BEM di UGM. Hal yang sama juga membuat Nalia dan Nino semakin dekat. Tidak ada kata cinta yang terucap, tapi Nalia tahu perasaannya kepada Nino adalah perasaan sama yang dimiliki Nino kepadanya.
Demonstrasi semakin membesar, disusul kerusuhan yang mengakibatkan ada mahasiswa tewas, dan tidak sedikit yang menghilang. Jalan-jalan dari bunderan UGM hingga ke Malioboro dipenuhi oleh mahasiswa. Sumpah mahasiswa terdengar dimana-mana, memberikan semangat bagi mahasiswa untuk melawan ketidak adilan.
Namun, peristiwa itu juga yang membuat Nino harus pergi dari Jogja meninggalkan Nalia, dengan satu janji yang terus berulang diucapkan Nino, bahwa dia akan kembali menjumpai Nalia. Tahun berganti, suasana di Jogja mulai pulih. Jawara FM mendapatkan izin resminya dari Departemen Perhubungan. 98,45 Swaragama FM, radio pertama yang diusung oleh mahasisawa. Kehidupan kembali berjalan normal, tapi tidak dengan hati Nalia. Dia terus menunggu di pelataran kampus Grafika.
--------
Kalau kamu berharap ada romansa yang mengharu-biru di buku ini, saya bisa bilang kamu tidak akan mendapatkannya. Saat membacanya saya sendiri tidak fokus dengan kisah antara Nino dan Nalia. Lewat buku ini saya justru seperti merasa ditarik kembali ke masa-masa tahun 1998 (padahal saya sendiri datang ke Jogja untuk pertama kalinya tahun 2000). Tahun 1998, saya masih di asrama mahasiswa di Malino, 60 km jauhnya dari kota Makassar. Yang saya ingat pada saat itu adalah selama beberapa bulan saya tidak boleh keluar dari asrama karena perawakan wajah saya yang kata guru saya mirip orang Cina. "Nanti kamu ikut diganyang di Makassar", kata beliau saat itu. Dari layar TV saya tahu ada demonstrasi besar-besaran yang diusung oleh mahasiswa untuk menurunkan rezim Orde Baru. Dua tahun kemudian, dari cerita teman kost saya yang sudah lebih dulu di Jogja, saya tahu betapa susahnya kehidupan mahasiswa di Jogja saat itu, dan bagaimana ketika akhirnya nuansa perjuangan kembali hadir di Jogja waktu itu.
Selain serasa menaiki mesin waktu, ilustrasi di dalam buku ini membuat saya juga seperti dibawa menelusuri sudut-sudut kampus yang saya kenali. Apalagi saya yang kuliah di Biologi, sedikit banyak tahu tentang Fakultas Teknik dan Fakultas Kedokteran Gigi yang tidak lain tetangganya Fakultas Biologi. Tidak ketinggalan Swaragama FM, stasiun radio yang selalu membuat kangen Jogja, dan membuat saya juga berucap "suatu hari aku akan kembali" ketika meninggalkan Jogja di tahun 2005 (dan ya... saya sudah kembali).
[update] Ada satu hal dalam buku ini yang mengganggu dalam benak saya, yaitu kalimat di halaman 29. Di situ Nalia bercerita tentang pembagian jumlah anggaran yang diberikan oleh rektorat kepada fakultas.
Setelah itu, setiap fakultas akan membagikan jumlah anggaran yang disetujui itu ke setiap jurusan.... Kedokteran membaginya untuk tiga jurusan: Kedokteran Umum, Kedokteran Gigi dan Kedokteran Hewan.
Seingat saya, ketiga fakultas kedokteran di UGM tidak pernah berada di bawah satu Fakultas. Soalnya saya pernah membaca sejarah berdirinya Fakultas Biologi yang berasal dari Fakultas Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran Hewan dan Fakultas Pertanian. Asumsi saya, Fakultas Kedokteran Umum dan Fakultas Kedokteran Hewan tidak pernah menjadi jurusan di bawah fakultas yang sama sejak awal. Dan rasa penasaran saya terjawab ketika saya akhirnya menemukan foto ini di sebuah blog.
Lihat foto di atas, ketika kampus UGM masih di daerah Keraton. Ada 5 fakultas awal di UGM, yaitu Kedokteran, Kedokteran Hewan, Pertanian, Farmaci, dan Kedokteran Gigi. So... tidak mungkin jika tahun 1997-1998 (setting tahun dalam novel ini), tiga fakultas kedokteran itu menjadi jurusan.
Terlepas dari banyaknya typo dalam buku cetakan pertama ini, Notasi dengan sampul dan bookmark yang keren sudah membuat saya lebih cinta lagi pada UGM dan Jogja. Tidak berlebihan kalau saya mengatakan anak UGM harus baca buku ini. Dan mungkin sesudahnya kamu juga akan berkata dalam hati, "suatu hari aku akan kembali"
aku nyidam buku ini nih! :D
ReplyDeletebagus yah? :D waktu itu hampir beli buku ini, cman takut kecewa xD
ReplyDeletenggak pure romance. Lebih banyak cerita soal pergerakan mahasiswa
ReplyDeleteduh kampus2nya jauh dari kampusku
ReplyDeletehehe.. iya. Ini ceritanya banyak di sebelah barat
ReplyDeleteudah pengen baca buku ini sejak liat ada kata 'Pogung' di sinopsisnya, hehe... setelah baca Pulang kayaknya oke kalau lanjut Notasi :)
ReplyDeleteMau pinjam, Lu? Kalau kita ketemu lagi ya :)
ReplyDeleteudah smpt tertarik sama nvl ini, rupanya unsur romance nya nggak kuat ya..heheh.....pending dulu ..... *ubek" timbunan lain*
ReplyDeletekyaaa, jadi penasaran pengen baca juga.. >_<
ReplyDeleteSudah beberapa kali kembali ke Jogja. Tapi belum mau menetap lagi. Hehehehe
ReplyDeleteUpdate-nya benar. Sedari dulu ketiga kedokteran itu memang ga berada di bawah atap yang sama. BTW, sudah punya Notasi tapi masih masuk daftar tunggu.
baca buku ini jadi tahu sejarah swaragama fm, dulu kalau maen ke jogja pasti dengerin radio itu :))
ReplyDelete