Judul Buku : Cantik Itu Luka
Penulis : Eka Kurniawan
Halaman : 490
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Dewi Ayu terlahir dari garis keturunan orang Belanda. Kakeknya Ted Stammler memiliki dua orang anak, Henri Stammler dan Aneu Stammler. Henri adalah anak dari Marietje Stammler, istrinya, sedangkan Aneu adalah anak dari Ma Iyang, gundiknya. Ketika kedua anak ini beranjak dewasa, mereka saling mencintai bukan layaknya saudara, tetapi sebagai sepasang kekasih. Kedua pergi dari rumah, dan hanya sekali datang untuk menitipkan anak perempuan mereka, Dewi Ayu, untuk kemudian menghilang kembali. Dewi Ayu dibesarkan oleh opa dan oma-nya, hingga kemudian terjadilah perang yang memporak-porandakan keluarga ini. Dewi Ayu menolak meninggalkan rumah dan perkebunan tempat dia dibesarkan.
Dari cerita opa-nya Dewi Ayu mengetahui kalau neneknya Ma Iyang pernah memiliki kekasih bernama Ma Gedik. Dewi Ayu meminta para jawara di perkebunannya untuk menjemput Ma Gedik, karena dia ingin menikahinya. Ma Gedik yang sangat membenci Stammler dan keturunannya, terpaksa menuruti keinginan Dewi Ayu karena tidak ingin bukit tempat Ma Iyang meninggal diratakan oleh Dewi Ayu. Setelah menikah, Ma Gedik melarikan diri dan ditemukan tewas di bukit sebelah bukit Ma Iyang.
Sementara itu perang terus berlangsung. Suatu waktu, Dewi Ayu ditangkap dan menjadi tawanan perang. Dia dipaksa menjadi pelacur yang lolos seleksi dari sekian banyak wanita karena wajahnya yang cantik. Dari tentara Belanda, Jepang, gerilyawan semua pernah menyetubuhinya. Ketika Dewi Ayu mengandung dia menolak menggugurkan kandungannya. Begitu seterusnya hingga dia mendapatkan 3 orang anak perempuan yang cantik seperti dirinya. Karena kecantikannya, Dewi Ayu pun menjadi pelacur eksklusif dengan harga mahal. Meski demikian, dia tidak ingin anak-anaknya mengikuti jejak dirinya. Sayangnya, nasib baik tidak selalu menyertai ketiga anaknya yang cantik itu. Dan Dewi Ayu terpaksa menyaksikan semuanya. Ketika usianya mendekati setengah abad, dia mendapati dirinya kembali hamil. Kali ini dia berkali-kali berusaha membunuh janinnya, tetapi tidak berhasil. Harapan terkahirnya adalah anaknya lahir dengan wajah yang buruk. Doanya didengar. Ironisnya, dia menamakan anak terakhirnya Cantik. Dua belas hari sesudah anak itu lahir, Dewi Ayu meninggal untuk kemudian bangkit lagi setelah 21 tahun lamanya di dalam kubur.
Membaca novel ini membuat saya berkali-kali menarik nafas panjang. Sejak halaman pertama hingga terakhir, novel ini dipenuhi dengan deskripsi yang blak-blakan, vulgar, dan sinting. Berbalutkan sejarah jaman kolonial, novel ini menjadikan kecantikan sebagai sesuatu hal yang mendatangkan ironi bagi yang memilikinya. Dewi Ayu dan anak-anaknya yang dipuja karena kecantikannya harus mengalami kondisi yang bagi masyarakat termasuk kategori menjijikkan. Kecantikan itu menimbulkan banyak dendam yang harus dibalaskan dengan nyawa.
"Tak ada kutukan yang lebih mengerikan daripada mengeluarkan bayi-bayi perempuan cantik di dunia laki-laki yang mesum seperti anjing di musim kawin"
Kalau melihat dari cover novel ini, orang mungkin menebak ada sensualitas yang dijual dalam novel ini. Memang benar, sisi seksualisme para tokoh wanita di dalamnya juga dieksplorasi dengan baik. Ketika saya mencoba searching di Google mengenai novel ini, saya mendapatkan sebuah artikel menarik mengenai psikoanalisis seksualisme dalam kelima tokoh wanita di novel ini. Berbagai macam penyimpangan seksual ternyata hadir dalam novel ini.
Meskipun alur ceritanya maju mundur, hal itu tidak akan membuat pembaca kebingungan jika bertahan mengikutinya sampai akhir. Saya salut kepada usaha penulis membangun karakter setiap tokoh yang terlibat di dalamnya sehingga emosi dalam novel ini terjaga utuh. Bukan hanya tokoh utama saja, bahkan yang muncul sekilas juga ditampilkan dengan baik. Misalnya tokoh Makojah, perempuan rentenir di kota Halimundah, yang dibenci sekaligus dibutuhkan oleh masyarakat. Meski berporfesi sebagai rentenir, Makojah terlihat miskin sampai-sampai semua orang berspekulasi kemana larinya semua hartanya. Suatu kali Markojah dirampok oleh empat orang bertopeng.
"Mana uangmu?", tanya salah satu dari mereka dengan jengkel.
"Dengan senang hati kuberikan kepadamu," kata Makojah sambil tersenyum. 'Bunga empat puluh persen dan kembali dalam seminggu."
Merka pergi meninggalkannya tanpa berkata apa pun lagi.
Novel yang telah diterjemahkan dalam bahasa Jepang dan Malaysia ini telah banyak diulas dari segala sisi. Penulisnya merangkum dalam sebuah halaman yang bisa diakses lebih lanjut. Saya belum pernah membaca karya Pramoedya AT, tetapi ada yang menyebut Eka Kurniawan sebagai suksesor dari penulis yang terkenal dengan Tetralogi Buru itu. Saya jadi ingin membaca karyanya yang berjudul Lelaki Harimau.
Kapan hari sudah kepengen baca buku ini, maju-mundur karena temannya yang dipastikan bikin 'miris' klo baca, tapi tetap aja kepengen (>,<)
ReplyDelete*blogwalking*
[ http://asian-literature.blogspot.com/2013/08/books-ronggeng-dukuh-paruk.html ]
Wah keren Mbak Desty kelar bacanya TOP
ReplyDeleteBuku ini msh ada di rak nunggu dibaca... Kudu nyiapin mental untuk baca.
ReplyDeleteDibaca mbak... Miris memang, tapi worth it kok
ReplyDeleteEmangnya kamu ga beres bacanya?
ReplyDeleteIya...harus siap mental memang :D
ReplyDeleteHAPAAAH, Bangkit dari kubur? *inget suzanna ._. *ga jadi pinjem
ReplyDeleteaku juga serem pas baca bangkit dari kubur - itu literally bangkit gitu? huhu...temanya unik dan menarik buat diulas ya... jadi inget salah satu ungkapan "beauty is terror"..
ReplyDeleteDuluuuuubanget pernah baca buku ini. Hasilnya pegel jiwa dan raga hahaha... Bersyukur tidak cantik karena bisa bikin luka #komennggambus :)
ReplyDeleteastagaaa..aku baca review ini aja deg2an loh..apalagi pas bangkit dari kubur itu..eh buset mba desty coba lanjutin dong artinya apa itu? hahaha aku jadi penasaran gimana nasibnya si cantik itu. Plotnya seputar di emaknya doang apa banyak membahas si cantik juga?
ReplyDeleteduh vulgar? masuk kategori kipas nggak kak? #eh
ReplyDeleteNah itu dia.. soal bangkit dari kubur. Saya bacanya sampai 3 kali di bagian itu. Iya memang literally gitu. Ga tahu juga kenapa bisa seperti itu. Agak-agak mistis memang novel ini
ReplyDeleteJadi... si Dewi Ayu melahirkan anaknya si Cantik, trus suatu hari dia pengen mati. Dia berbaring di ranjangnya sampai akhirnya ga bernafas lagi. Dia pun dikubur. 21 tahun kemudian dia bangkit lagi nyari anaknya itu. Ada urusan dari masa lalunya yang ingin dia tuntaskan, dan itu ada hubungannya sama si Cantik.
ReplyDeleteIsi novel ini dominan oleh si Dewi Ayu, tapi ada juga kisah keempat anaknya.
Ada beberapa adegan kipas, tapi vulgar dan sensualnya lebih ke arah blak-blakan gitu deh.
ReplyDeleteitu yang bikin psikoanalisisnya niat banget, yak!
ReplyDeleteHe eh... tapi bukunya memang menarik untuk dianalisa
ReplyDelete[…] http://destybacabuku.wordpress.com/2013/08/29/cantik-itu-luka/ Cantik Itu Luka Eka Kurniawan sastra […]
ReplyDeletereview yang menarik mbak Desty :)
ReplyDeleteKlo menurutku endingnya agak kurang memuaskan - seolah dipaksakan.
Tapi tetap salut buat Mas Eka atas karya ini.
Makin penasaran aja usai baca review di sini. Harus nyari dulu nih ke tokbuk.
ReplyDeleteya ampun saya jadi penasaran dengan buku ini
ReplyDeleteSaya belum sempat-sempat membaca novel ini meski sudah sering mendengar dan membaca review positif tentang novel ini. Sekarang saya semakin penasaran seperti apa bagusnya novel ini. Fix! Novel ini masuk list to-read saya.
ReplyDeletehttp://willy-akhdes.blogspot.co.id