~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#252 Bangkok : The Journal


Judul Buku : Bangkok : The Journal
Penulis : Moemoe Rizal
Halaman : 436
Penerbit : Gagas Media

Berangkat dari Melbourne ke Bangkok, sudah ada Moemoe Rizal yang akan menjadi pemandu selama di Bangkok. Dengan berbekal sebuah jurnal usang dibalik kalender tahun 1980, Moemoe mengajak saya berkenalan dengan Edvan, pemilik jurnal, dan berkeliling dengannya ke seluruh penjuru Bangkok.



Edvan, seorang arsitek narsis yang sukses di Singapura. Kesuksesan karirnya ternyata tidak sejalan dengan keharmonisan dirinya dengan keluarganya. Sudah sepuluh tahun Edvan meninggalkan keluarganya karena berbagai hal. Salah satunya adalah permasalahan adiknya, Edvin. Edvan kesal melihat adik laki-lakinya bertingkah laku seperti banci. Yang membuatnya bertambah marah adalah karena ibunya seakan-akan menutup mata bahkan justru mendukung pilihan adiknya itu. Kebencian yang besar mendorong Edvan pergi meninggalkan keluarganya demi menunjukkan bahwa dia bisa sukses tanpa mereka. Hingga akhirnya, di puncak kesuksesannya, Edvan menerima kabar dari Edvin bahwa ibunya meninggal,

Dengan berat hati, Edvan pulang. Betapa terkejutnya Edvan menjumpai adiknya Edvin sudah berubah menjadi seorang perempuan. Cantik. Sangat cantik seperti mendiang ibu mereka. Edvin menyampaikan pesan warisan ibu mereka untuk Edvan. Sebuah jurnal yang ditulis dibalik kalender usang dari tahun 1980 berisi perjalanan Artika, ibu mereka di Bangkok. Yang ada di tangan Edvan saat ini adalah jurnal terakhir, dan masih ada enam jurnal lainnya yang tersebar di seluruh Bangkok. Tugas Edvan adalah mengumpulkan jurnal itu satu per satu untuk menemukan warisan orang tua mereka.

Di Bangkok, Edvan dibantu oleh seorang wanita Thai, bernama Charm. Charm pernah tinggal di Indonesia sehingga dia fasih berbahasa Indonesia. Charm punya seorang adik bernama Max yang tergila-gila dengan seni bela diri Thailand, Muangthay. Perjalanan bersama Charm mencari jurnal membuka rasa baru di hati Edvan. Edvan menyukai Charm. Sayangnya Edvan masuk dalam kategori cowok yang dihindari oleh Charm : arsitek, narsis, punya tato, serta punya hubungan dengan ladyboy.

Saya menyukai perpaduan alur mundur dari jurnal milik Artika serta alur maju perjalanan mencari jurnal oleh Edvan dan Charm. Dibandingkan dua buku STPC yang saya baca sebelumnya, edisi Bangkok ini lebih memuaskan. Alurnya pas, tidak terlalu singkat atapun terlalu lambat. Kita benar-benar dibawa berkeliling Bangkok dan Pattaya. Menyelusuri tiap lorongnya, bahkan diberikan sedikit pelajaran bahasa Thai. Saya menyukai ketika seorang penulis benar-benar melakukan riset untuk detail ceritanya.

Isu transgender yang diangkat pada edisi Bangkok ini tidak terkesan dipaksakan, meskipun semua dunia tahu Thailand adalah pusatnya ladyboy di Asia Tenggara. Penulis mencoba membuka cakrawala berpikir pembaca tentang bagaimana menyikapi keputusan seseorang untuk mengubah gendernya. Diperlukan jiwa yang besar dan pikiran terbuka untuk melihat bahwa kebahagiaan dalam menjalani hidup adalah hal yang penting.  Saya teringat akan satu hal, jangan menghakimi sesama. Itu bukan hak kita untuk menghakimi. Dan saya kira Moemoe menyampaikan pesan ini dengan baik.

Saya belum pernah membaca karya Moemoe sebelumnya. Tapi saya berani bilang kalau saya menantikan karyanya selanjutnya. Sambil mengemasi koper dan menyiapkan perjalanan ke lokasi berikutnya, Roma.

4 stars
Be First to Post Comment !
Post a Comment