~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#255 Point of Retreat


Judul Buku : Point of Retreat (Titik Mundur) (Slammed #2)
Penulis : Colleen Hoover
Halaman : 352
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Setelah membaca kisah antara Lake dan Will yang diceritakan dari sudut pandang Lake di Slammed, kali ini Will yang akan bercerita mengenai kelanjutan hidup mereka. Pasca meninggalnya ibu Lake, Julia, Lake menjadi wali penuh atas Kel adiknya. Hal yang sama dilakukan oleh Will sebelumnya yang menjadi wali atas Caulder. Kali ini Will dan Lake sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Hidup mereka tidak bisa dikatakan mudah, tapi keduanya bisa mengatasinya.

Masalah di antara mereka muncul ketika Vaughn, mantan pacar Will, masuk lagi ke dalam kehidupan Will. Vaughn sekelas dengan Will di kampusnya, dan dia berusaha mendekati Will. Will sendiri yang sudah mencintai Lake, jelas menolak kehadiran Vaughn. Hanya saja kesalahan Will adalah dia tidak menceritakan tentang Vaughn kepada Lake. Hingga suatu hari, ketika Vaughn tiba-tiba datang ke rumah Will memohon kesempatan kepada Will, dengan berurai air mata. Will berusaha membuat Vaughn menghentikan tangisannya, dan memberikan penjelasn pada Vaughn. Peristiwa itu berakhir dengan permintaan Vaughn untuk dipeluk terakhir kalinya oleh Will. Refleks, Will mencium kening Vaughn, tepat di saat Lake menyaksikan semuanya.

Selanjutnya bisa ditebak. Lake marah besar kepada Will. Lake menyangsikan apakah Will benar-benar mencintainya atau hanya sebagai pelampiasan ketika Vaughn dulu memutuskan Will. Segala upaya dilakukan oleh Will untuk membuktikan cintanya kepada Lake. Dia bahkan mengerahkan bantuan seluruh teman-temannya dan juga adik-adiknya. Will berusaha mengembalikan Lake di sisinya dengan satu cara, membacakan isi hatinya lewat sebuah puisi dalam pertunjukan slam.

Apakah kisahnya sesederhana itu? Bisa dibilang iya. Masih ada satu kejadian lagi yang nyaris memisahkan Lake dan Will, membawa kembali luka-luka yang pernah hadir dalam kehidupan mereka. Tapi saya tidak akan menceritakannya. Yang pasti ada banyak perjuangan yang harus dilalui oleh keduanya. Sepertinya kehidupan selalu menguji keberadaan mereka.

Ada banyak hal yang menarik di dalam sekuel Slammed ini. Meski sudah ditinggalkan oleh Julia, Julia tetap hadir dalam kehidupan mereka. Julia mewariskan satu vas berisi bintang-bintang kertas yang bertuliskan pesanuntuk Lake maupun Will. Syaratnya hanyalah bahwa mereka boleh membaca pesan itu saat mereka benar-benar membutuhkannya. Pesan-pesan itu terkadang berisi nasehat, lirik lagi, kalimat bijak atau apapun juga yang dianggap Julia bisa berguna untuk anak-anaknya. Suatu saat nanti ide seperti ini mungkin akan saya tiru :)

Perjuangan menjadi orang tua di usia yang muda juga menjadi problema tersendiri bagi Lake dan Will. Misalnya ketika Caulder dan Kel di-skors dari sekolah karena mereka membela Kiersten, gadis aneh tetangga mereka yang juga satu sekolah dengan Caulder dan Kel. Di satu sisi, Will dan Lake bangga ketika adik-adik mereka mau membela temannya yang di-bully, tapi juga harus menekankan pada adik-adiknya bahwa hal yang tidak baik jangan dibalas dengan ketidakbaikan juga.  Peristiwa lainnya adalah ketika Caulder meminta Will untuk hadir (sebagai pengganti ayah mereka) dalam acara makan siang Hari Ayah di sekolahnya, Will juga menjadi "ayah" bagi Kel tanpa diminta oleh Kel. So sweet...

Saya nyaris tidak menemukan typo dalam novel ini, mungkin karena saya terlarut di dalam kisahnya yang manis. Terjemahan puisinya yang indah, kalimat-kalimat yang santai tapi tidak berlebihan, membuat saya menghabiskan novel ini hanya dalam waktu satu hari. Kalau di buku kedua ini puisi kesukaan saya adalah puisi Kupu-kupu  yang dibawakan oleh Kiersten. Yang pasti saya menemukan banyak pelajaran berjuang mempertahankan hidup lewat novel ini. Semoga Gramedia juga akan menerjemahkan buku ketiganya ya...

4 stars
Be First to Post Comment !
Post a Comment