Judul Buku : Doa Ibu
Penulis : Sekar Ayu Asmara
Halaman : 266
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Ijen selalu mengidentikkan suasana di sekitarnya dengan warna. Bahagia mungkin berwarna rose madder deep, cemburu sebagai venetian red, atau keterkejutan dengan cadmium yellow deep. Maklumlah, Ijen adalah seorang pelukis. Sebagai seniman dia akrab dengan berbagai macam warna di sepanjang hidupnya. Kali ini Ijen bertugas melakukan dekorasi pelaminan untuk sahabatnya Khaled dan Dewanti. Ijen memilih warna sebaik mungkin. Prosesi pernikahan berjalan dengan lancar, hingga pada saat Khaled dan Dewanti tiba di pelaminan, Dewanti hilang tanpa jejak.
Hilangnya Dewanti membuat Khaled putus asa, dan melakukan usaha bunuh diri. Dengan melukai tangannya, Khaled akhirnya terbaring koma di rumah sakit. Ijen, Rajiv, Giok Nio dan Cepol sebagai sahabat Khaled dan teman serumahnya, bergantian menjaga Khaled. Ijen sendiri bertekad untuk menemukan Dewanti. Ijen menyusuri kembali masa lalu Dewanti, bertemu dengan seorang paranormal bernama Ajeng, hanya untuk menemukan bahwa Dewanti tidak pernah ada. Ijen menolak untuk percaya.
Selain konflik hilangnya Dewanti, Ijen juga mengalami dilema pada kisah cintanya. Dia ternyata menyimpan rasa pada Giok Nio, sahabatnya. Sayangnya Ijen selalu ragu mengambil kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya. Ketika akhirnya satu per satu sahabatnya ikut menghilang, dia baru tergerak untuk membuka isi hatinya pada Giok Nio. Sayangnya sebelum Giok Nio menjawab, Ijen ikut menghilang.
Sementara itu di tempat lain, seorang wanita bernama Madrim baru saja menjadi janda ditinggal mati oleh suaminya, Bintang. Sinta, anak semata wayang mereka baru saja tiba dari Singapura. Alangkah terkejutnya Madrim dan Sinta ketika tiba-tiba datang seorang perempuan membawa anak kecil yang menangis bersimpuh di depan jenasah Bintang. Wanita itu ternyata istri simpanan Bintang, dan anak kecil itu tentu saja anak mereka.
Madrim terluka karena selama ini dia merasa dikelabui oleh Bintang. Sedikit demi sedikit terkuak banyak hal tentang Bintang yang tidak diketahui oleh Madrim dan Sinta. Sinta mengaku ayahnya sempat berpesan sebelum meninggal bahwa dia akan mengatakan rahasia padanya. Apakah ini rahasia dari ayahnya? Madrim sendiri seperti menyimpan rahasia juga.
Kisah Ijen dan Madrim diceritakan dalam bab yang berbeda secara bergantian. Pembaca akan digiring untuk bertanya-tanya mengapa ada dua kisah yang berbeda? Saya yang sudah pernah membaca dua karya Sekar Ayu Asmara sebelumnya, sudah yakin ada hubungan antara dua kisah ini. Tapi apa hubungannya baru akan terjawab dengan twist di akhir cerita. Sayangnya tidak begitu menggemparkan seperti saat saya membaca Pintu Terlarang. Dalam novel ini sekali lagi Sekar Ayu Asmara mengangkat tema aborsi, meski tidak sejelas pada Pintu Terlarang atau Kembar Keempat. Duh... membaca novel ini saat saya sedang hamil muda membuat saya mengelus perut berkali-kali.
Lantas kemana perginya para tokoh yang menghilang itu? Di sinilah kunci utama dari novel misteri ini. Yah walaupun berbau supernatural, Sekar Ayu Asmara bisa mendeskripsikannya dengan baik. Saya jadi bertanya-tanya apakah di dunia nyata ini ada kejadian seperti itu? Entahlah... saya belum pernah (dan semoga tidak) mengalaminya.
Be First to Post Comment !
Post a Comment