Judul Buku : The Reader
Penulis : Bernhard Schlink
Halaman : 208 (kindle edition)
Penerbit : Vintage
Pertama kali saya mengetahui soal The Reader ini adalah lewat filmnya yang rilis di tahun 2008. Waktu itu saya penasaran dengan film yang membawa Kate Winslet memenangkan Oscar sebagai aktris terbaik. Belakangan baru saya tahu jika film ini diadaptasi dari novel berjudul sama, yang diterbitkan pertama kali di Jerman dengan judul Der Vorleser pada tahun 1995.
The Reader mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Michael Ber (usia 15 tahun) yang mengalami sakit hepatitis. Suatu hari sepulang sekolah, dia muntah-muntah di sebuah gang, dan ditolong oleh seorang wanita (usia 36 tahun) yang merupakan seorang petugas tiket di trem. Hari berikutnya, Micahel kembali mendatangi rumah wanita itu membawa bunga sebagai ucapan terima kasih. Dia duduk lama menunggu di depan pintu rumah wanita itu, untuk kemudian melihat wanita itu datang membawa seember batu bara. Frau Schmitz meminta Michael untuk membantunya mengambil ember berisi batu bara yang tersisa. Karena tidak terbiasa bekerja, badan Michael jadi penuh debu. Frau Schmitz lalu menyuruh Michael mandi, dan sesudahnya mereka bercinta. Pertemuan mereka itu menjadi awal dari serangkaian pertemuan rahasia mereka berikutnya.
Rutinitas pertemuan mereka di rumah wanita itu (belakangan diketahui nama depannya adalah Hanna) adalah membersihkan diri, bercinta, dan berbaring bersama sambil Michael membacakan buku untuk Hanna. Hanna tidak pernah membaca buku itu sendiri, dan Michael juga menikmati perannya sebagai "the reader". Meski dalam hubungan mereka Hanna lebih dominan daripada Michael, Michael menikmati hubungan rahasia ini. Hanya saja, Michael selalu merasa ada yang rahasia yang disimpan oleh Hanna. Hingga suatu waktu, Hanna tiba-tiba menghilang.
Pertemuan mereka berikutnya terjadi di ruang sidang, dimana Hanna duduk sebagai terdakwa, dan Michael adalah mahasiswa hukum yang sedang belajar. Hanna didakwa bersalah atas terbakarnya sebuah gedung gereja yang berisi ratusan orang Yahudi. Michael mengikuti jalannya sidang dan tertarik mengapa Hanna terlihat pasrah dengan segala tuduhan yang diberikan kepadanya. Salah satu tuduhan pada Hanna adalah bahwa Hanna menulis laporan yang salah mengenai peristiwa itu. Ketika hakim meminta contoh tulisan Hanna, Hanna justru mengakui bahwa dia yang menulis laporan itu. Kala itu Michael baru menyadari Hanna tidak bisa membaca ataupun menulis. Hanna dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Michael melanjutkan hidupnya, menikah dan mempunyai seorang putri. Namun pernikahannya kandas di tengah jalan. Saat melihat tumpukan bukunya, Michael teringat kepada Hanna. Dia pun membuat rekaman suaranya saat membacakan buku-buku itu dan mengirimkan rekamannya untuk Hanna di penjara.
Alur cerita novelnya sendiri lumayan lambat. Untungnya saya sudah pernah menonton filmnya, jadi di kepala saya masih ada bayangan mengenai kisah antara Michael dan Hanna ini. Saya sempat bertanya-tanya apa yang membuat Hanna tertarik pada Michael? Apakah dia hanya memanfaatkan Michael semata untuk kepuasan dirinya? Apa jadinya jika Hanna mau mengaku pada Michael bahwa dia tidak bisa menulis dan membaca, saat mereka masih bersama-sama? Mungkin, jika Hanna mengakui kekurangannya, Michael bisa menjadi bukan sekedar "the reader" tapi juga "the teacher", dan Hanna tidak perlu dihukum seumur hidup di penjara. Tapi Hanna memilih harga dirinya dan (bukan hanya sekali) mengabaikan Michael.
Selain sisi romance-nya ada juga sisi sejarah-nya yang bisa diambil dari buku ini. Dari sisi sejarah, kita bisa mengikuti bagaimana kesulitan hidup yang dialami oleh masyarakat pasca perang Jerman. Di samping itu, penulis juga ingin memperlihatkan dampak dari peristiwa Holocaust bagi generasi berikutnya. Karena buku ini saya baca dalam rangka posting bareng tema Oprah's book, tidak ada salahnya kita melihat juga apa pendapat Oprah mengenai buku ini.
berlatar belakang kisah pembantaian Nazi ya...
ReplyDeleteaku sendiri belum pernah baca novelnya mbak, filmnya sih udah nonton...
Jadi penasaran ada apa dengan Hanna
ReplyDeleteHahaha... Ternyata kita baca buku yang sama. Aku juga suka filmnya. Bukan karena adegan syurnya yang banyak tapi dramatis di akhir ceritanya itu :')
ReplyDeletesudah nonton filmnya memang bisa membantu mengakali alur yang lambat ya :D
ReplyDeleteSetuju!! :)
ReplyDeletesuka sama filmnya, tp blm baca bukunya :) Btw thanks link nya ke page oprah book club, aku jadi nyari2 juga kenapa sampe buku yg kubaca (edgar sawtelle) masuk ke list ini :D
ReplyDeleteBanyak ya yg membaca novel ini, dan kemudian saya pun tergoda membelinya ke Dojo. Salahkan kalian :))
ReplyDeletekeknya memang lebih baik nonton pilmnya dulu baru baca bukunya deh. *depresi *nenggak jelly
ReplyDeletedmn beli bukunya? pengeeen T.T
ReplyDeletekak.. boleh g buku ini aku beli..
ReplyDeleteaku pengen bgt baca buku ini tp g nemu di toko buku.. di online shop jg g nemu
Saya baca ebooknya, buku terjemahannya sy ga punya
ReplyDelete