~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#370 Little Women


Judul Buku : Little Women
Penulis : Louisa May Alcott
Halaman : 376
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Empat orang bersaudara (Meg, Jo, Beth dan Amy) hidup bersama ibu mereka Marmee March di Concord, Amerika Serikat. Ayah mereka sedang ditugaskan ke medan perang. Tanpa seorang ayah di sisi mereka, kehidupan keluarga March tergolong sederhana. Namun demikian, pembawaan keempat gadis ini tetap membuat hari-hari mereka berwarna. 

Mari berkenalan dengan empat gadis March. Meg (16), anak pertama adalah seorang gadis yang cantik dan anggun. Sehari-hari Meg berkerja sebagai pengasuh anak. Jo (15), anak kedua tumbuh sebagai gadis tomboi bagaikan kuda jantan yang suka membaca. Setiap hari dia bertugas menemani Bibi March yang sudah tua. Beth (13) adalah gadis pemalu dan rapuh. Beth memilih tinggal di rumah dan mengerjakan tugas-tugasnya, bermain dengan boneka-bonekanya. Amy, yang paling muda, selalu menjada perilakunya meski Meg menyebutnya sebagai angsa kecil yang menyebalkan. Sementara Marmee, ibu mereka adalah wanita yang bijaksana, mencintai anak-anaknya dan selalu memberikan nasihat bagi mereka.

Selain keempat gadis ini, ada juga Laurie, pemuda sebaya mereka yang tinggal di sebelah rumah mereka. Berbeda dengan keluarga March, Laurie dan kakeknya hidup dalam kemewahan. Meskipun kaya raya, Laurie dan kakeknya sangat dermawan bagi keluarga March. Suatu waktu gadis-gadis March diundang datang ke rumah keluarga Laurie. Meg mengagumi rumah kaca yang penuh bunga, Jo lebih betah di perpustakaan, Beth ingin sekali bermain piano, sementara Amy menyalin semua keindahan artistik di rumah itu. Laurie sendiri merasa senang bisa bermain dengan gadis March, khususnya bersama Jo yang pertama kali dikenalnya.

Membaca kisah keluarga March ini membuat kita gampang jatuh cinta dengan semua tokoh yang ada di dalamnya. Favorit saya adalah Jo, si tomboi yang pandai bergaul, suka membaca dan menulis cerita. Selain Jo, saya terpukau dengan kebijaksanaan Marmee. Cara beliau mengajarkan nilai-nilai kebaikan bagi anak-anaknya membuat saya sedikit menyesal mengapa saya tidak membaca buku ini sejak dahulu. Ngomong-ngomong soal itu, dahulu saya pernah membeli buku berjudul sama terbitan penerbit lain. Tapi bukunya saya "diamkan" begitu lama di rak buku. Sampai akhirnya, GPU menerbitkan Little Women dengan cover yang eye catching membuat saya tidak tahan ingin membelinya. Untungnya teman-teman di Joglosemar berbaik hati memberikan serial Little Women ini sebagai hadiah di ulang tahun saya kemarin.

Kembali ke Marmee yang bijaksana, saya paling suka pada adegan dimana di masa liburan Meg dan adik-adiknya memutuskan ingin bersantai-santai dan tidak mau bekerja. Menurut mereka, selama ini mereka selalu bekerja keras dan sedikit bersantai. Marmee kemudian memberikan waktu satu minggu bagi mereka untuk bersantai-santai dan menyebutnya minggu eksperimen. Hasilnya, semuanya menjadi kacau. Rumah mereka kotor, makanan tidak tersedia dengan baik, dan banyak kekacauan lainnya. Di akhir minggu eksperimen, semuanya sepakat untuk tidak lagi meluangkan banyak waktu untuk bersantai. Marmee kemudian memberikan nasihat bahwa bekerja akan terasa lebih ringan jika saling membantu dan dikerjakan dengan baik. Betapa bijaknya Marmee dengan membuat anak-anaknya merasakan sendiri dampak dari keinginan mereka. Bukannya langsung dilarang, tapi Marmee membuat mereka belajar lewat pengalaman. Itu hanya satu dari sekian banyak nasihat ala Marmee. Rasa-rasanya saya ingin menjadikan buku ini sebagai panduan mengasuh anak.

Masih ada kelanjutan kisah gadis-gadis March di buku Good Wives. Saya jadi penasaran ingin tahu nasib keempat anak perempuan ini. Selain itu, saya jadi penasaran ingin menonton filmnya juga.

4 stars

* diikutkan dalam Lucky No.15 Reading Challenge kategori Cover Lust

Be First to Post Comment !
Post a Comment