Ini postingan Opini Bareng perdana saya setelah absen tiga bulan. Jujur saja, saya selalu mengalami writer's block setiap akan menulis opini tentang tema yang sudah ditetapkan per bulannya. Kali ini saya berniat untuk menuliskannya. Meskipun tema "Hubungan dengan pembaca" ini luas sekali, saya akan mencoba mengintrepetasikannya sesuai outline yang diberikan oleh BBI.
Apakah kamu pernah merasa terhubung dengan suatu bacaan?
Jawabannya "ya pake banget" :)
Saya jadi ingat dengan dua novel yang berada dalam daftar buku favorit saya. Dua novel itu adalah Test Pack (karya Ninit Yunita) dan Supernova : Partikel (karya Dee Lestari). Novel yang pertama itu bercerita tentang pasangan yang mendambakan kehadiran buah hati. Waktu saya pertama kali membaca novel itu, saya merasa terhubung karena saya mengalami apa yang dialami oleh tokoh dalam novel tersebut. Beberapa novel lainnya yang saya baca (terutama genre romance favorit saya) juga mempunyai efek yang sama, meski efeknya kurang. Biasanya saya akan mengalami semacam hangover, buru-buru pengen nulis review, tapi setelah ditulis langsung terlupakan oleh saya. Lantas apa yang membuat saya tetap teringat dengan novel Test Pack itu? Yah karena saya bukan sekedar merasakan seperti apa yang dirasakan oleh tokoh dalam novel itu, tapi novel itu juga bisa membesarkan hati saya, membuat saya mempunyai harapan baru. Singkatnya saya merasa novel itu ditulis untuk saya. Ketika saya (nantinya) menemukan novel serupa saya tidak ragu memasukkannya ke dalam daftar favorit.
Novel kedua adaah Supernova : Partikel. Di dalam novel itu, ada bagian dimana Dee bercerita tentang sejenis jamur yang mempunyai efek seperti obat bius. Dee tidak hanya menyebutkannya sambil lalu, tapi menuliskannya dengan jelas, lengkap, dan terasa ilmiahnya. Well, saya sebagai biologist merasa tersanjung dengan riset yang dilakukan oleh Dee. Saya seperti dibawa ke dunia yang saya kenal tapi dengan cara yang lebih fun. Jujur saja, saya kadang menemukan beberapa novel yang mencoba sok berasa ilmiah dengan menuliskan nama latin sebuah spesies, misalnya. Tapi cara nulisnya aja salah. Padahal ilmu tentang penulisan nama spesies kan sudah didapat sejak bangku SMP kan? Lain halnya kalo penulisnya memang hanya lulusan SD #ups. Saat seperti itu saya merasa sedih. Saya pernah membaca sebuah novel yang menulis nama unsur kimia aja salah, padahal tokoh dalam novel itu diceritakan ikut lomba Olimpiade Kimia. Duuh...
Saya sangat mengapresiasi penulis yang melakukan riset untuk novel yang ditulisnya, apalagi kalau genrenya bukan sejarah. Sebuah karya fiksi itu diangkat dari hal-hal non fiksi. Biasanya sebelum membaca sebuah isi novel, bagian yang saya pertama kali saya baca adalah Kata Pengantar atau Catatan Penulis. Di situ biasanya ada curcol penulis tentang riset yang dilakukannya saat menulis novel tersebut. Yah...sekalian ngecek siapa tahu di antara orang-orang yang dapat ucapan terima kasih ada nama saya gitu... #eh. Syukur-syukur kalau penulisnya ngasih daftar referensi yang dia pakai untuk bahan tulisannya.
Itu sih menurut saya. Kalau kamu?
*gambar dicomot dengan semena-mena dari sini.
Jadi penasaran sama Partikel, Mbak. Kalau sesuatu yang ilmiah dijelaskan dengan cara yang fun, pasti orang-orang bakal enjoy. Seandainya saja buku pelajaran bisa disajikan dengan cara yang sama fun-nya... XD
ReplyDeletegambarnya pas banget :)
ReplyDeleteIya mbak, aku sebel kalo penulis ga riset dulu, bahkan hal2 kecil semacam orang hamil muda didiagnosis dengan stetoskop saja, kan konyol. Makanya aku lebih menghargai penulis luar karena selama ini yg kulihat mereka risetnya sungguh2.
ReplyDelete