Judul Buku : Recipes for a Perfect Marriage (Resep Perkawinan Sempurna)
Penulis : Kate Kerrigan
Halaman : 402 (+6)
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Kata orang, tidak ada yang namanya perkawinan sempurna. Yang sebenarnya tidak ada, adalah perkawinan yang mudah.
Sebaris kalimat pada sampul belakang buku tersebut, sanggup membuatku penasaran dan segera mencari buku ini. Kebetulan, lagi dijual dengan harga murah di Vixxio, karena sudah dikategorikan buku bekas oleh mbak Fanda. Jadilah saya mengorder buku ini ke mbak Fanda. Biarpun buku bekas, tapi buku ini terawat baik, sudah disampul plastik pula. Terbukti, mbak Fanda memang pencinta buku :)
Adalah Tressa Nolan, seorang penulis kuliner asal Irlandia yang terkenal di New York. Dia menikah dengan Dan, penjaga apartemennya. Setelah berbulan madu, Tressa menyadari bahwa dia tidak mencintai Dan. Dia bahkan merasa bahwa pernikahannya dengan Dan adalah sebuah kesalahan.
Dua generasi sebelumnya, Bernadine, nenek dari Tressa jatuh cinta pada Michael. Akan tetapi dia tidak dapat menikahi pujaan hatinya karena tak mampu membayar mahar pernikahannya. Akhirnya, seorang pria bernama James Nolan yang mau menikahinya tanpa bayaran mahar. Bernadine menikah dengan James, setelah dia merasa terjebak oleh kesepakatan James dan orangtuanya. Meski telah menikah dengan James, Bernadine masih menyimpan rasa cintanya kepada Michael. James bukannya tidak tahu, tapi dia menyimpan semuanya sendiri.
Kembali ke Tressa. Tressa yang sudah merasa “salah” dengan pernikahannya, hanya mampu melihat sisi negative dari pernikahannya tersebut. Ketika dia bertemu dengan keluarga besar Dan, Tressa tidak merasa diterima. Pikiran-pikiran negatif Tressa sangat mempengaruhi pembaca (termasuk saya), dan membuat saya berpikir mengapa Tressa sebegitu bencinya dengan pernikahannya. Dalam dilema pernikahan yang tidak sempurna (karena tidak ada cinta -- walaupun Dan sangat mencintai Tressa), Tressa bertemu dengan mantannya, Ronan. Tressa hampir saja berselingkuh dengan Ronan. Dan dengan dalih ingin jujur pada Dan, Tressa menceritakan tentang perselingkuhannya yang tidak jadi itu. Dan marah besar lalu pergi meninggalkan Tressa. Di sinilah konflik rumah tangga mulai dirasakan Tressa. Dalam kebingungannya, Tressa menyadari bahwa dia mencintai Dan.
Bernadine melahirkan seorang anak perempuan untuk James, bernama Niamh. Niamh (ibu Tressa) tumbuh menjadi seorang putri yang selalu bertengkar dengan Bernadine. James sangat menyayangi Niamh. James berharap dengan adanya Niamh, Bernadine bisa melupakan Michael. Ternyata tidak. Bernadine bahkan meninggalkan James untuk bertemu dengan Michael. Belakangan Bernadine tahu, Michael mengkhianati cintanya.
Lalu dimana resepnya? Di dalam buku ini ada dua macam resep yang bias kita jumpai. Yang satu adalah resep masakan turun temurun yang diwariskan oleh Bernadine kepada Tressa. Ada selai Goosberry, sampai pada semur Irlandia. Resep kedua adalah resep tentang pernikahan itu sendiri mulai dari “kecocokan” sampai ke “kebijaksanaan”. Dan tentunya dalam ceritanya, kita bisa mendapat resep-resep pernikahan yang tersirat.
Satu resep pernikahan dari buku ini adalah tentang “komitmen”. Kate menulis :
Kita bisa membuat komitmen atas cinta, tapi kita tidak bisa mencintai tanpa komitmen
Bagi saya, suatu pernikahan adalah bentuk komitmen. Dalam perjalanan pernikahan itu sendiri rasa cinta bisa saja berkurang, tapi kesetiaan penuh pada komitmen itu yang patut dipertahankan.
Ada satu bagian dimana dalam buku ini diceritakan Bernadine ingin melahirkan seorang anak lagi, tapi Tuhan tidak memberikan kesempatan itu lagi.
Barangkali rahasia paling kelam yang pernah kusimpan adalah juga yang sama sekali tidak bermaksud apa-apa. Jauh di dalam hatiku, aku merindukan mempunyai anak laki-laki. Barangkali karena aku membayangkan cinta yang kurasakan untuk anak laki-lakiku akan berbeda dari cinta yang pernah kurasakan. Barangkali aku akan menamainya Michael dan akan kutumpahkan seluruh mimpi-mimpiku kepadanya.Aku tidak akan pernah tahu.Berbulan-bulan aku menunggu, merasa yakin aku telah mengendalikan takdirku sendiri sebelumnya, dengan hamil sesuai tuntutan, dan merasa pasti bahwa aku bisa melakukannya lagi. Ketika bulan-bulan berganti tahun, dan satu tahun menjadi dua, keputusasaanku semakin dalam. Setiap kali datang bulan, aku merasakan kekecewaan yang amat sangat, menggelegak bagaikan kawah dingin sampai ke relung-relung perutku, seolah-olah anak yang tidak kukandung ini telah direnggutkan dan diambil dariku. Setiap bulan yang berlalu senantiasa diiringi perasaan terguncang seperti habis kecurian, amarah karena merasa dikhianati, dan kepedihan yang timbul akibat kehilangan.Lambat laun barulah aku menyadari bahwa sejak dulu pun bukan aku yang mengendalikan tubuhku sendiri seperti yang kukira selama ini. Bukan aku yang “memberikan “ Niamh pada James. Tuhan yang memberikannya.
Jleb. Kalimat demi kalimat di atas benar-benar menusuk ke dalam hatiku saat membacanya. Saya bahkan harus membacanya dua kali untuk mencerna sekali lagi kalimat tersebut. Saya berpikir apakah Kate pernah berada dalam posisi itu sehingga dia menggambarkannya sedemikian tepatnya. Karena itulah yang saya rasakan selama 3 tahun ini. Dan akhirnya, seperti Bernadine, saya sadar bukan saya yang mengendalikan tubuhku, tapi Tuhan.
Ini adalah buku tentang pernikahan kedua setelah Lies at the Altar karya Dr. Robin L. Smith yang menurut saya jujur menceritakan sebuah pernikahan. Bahwa pernikahan bukan hanya soal manisnya saja, tapi ada juga kepedihan di sana. Buku ini wajib dibaca untuk pasangan yang mau menikah ataupun telah menikah.
Ohya, kalau anda melihat jumlah halaman di atas ada bagian dalam kurung sebanyak 6 halaman, Kate menyediakan beberapa halaman kosong untuk ditulis oleh pembaca. Pembaca boleh menulis resep-resep pribadinya tentang pernikahan mereka sendiri. Menarik juga.
buku yang bagus ya :D
ReplyDeleteAku juga suka buku ini. Walau pas baca laper hehe...
Aku suka sama kata2 si penulis mengenai pernikahan dan cinta. :D
boleh pinjam bukunya? ato aku beli deh,.. aku cari buku ini susah bgt .please pinjam bukunya dong,... aku pingin baca juga
ReplyDeletewaduh.. bukunya ketinggalan di Sulawesi. :(
ReplyDelete