Judul Buku : Tuesday With Morrie
Penulis : Mitch Albom
Halaman : 209
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Seberapa dari kita yang pernah kuliah dan bersahabat karib dengan dosennya? Seberapa dari kita berani menghadapi kematian?
Mitch Albom dalam bukunya Tuesday With Morrie (Selasa Bersama Morrie) meceritakan tentang dosennya yang juga menjadi sahabatnya. Bukan hanya itu, tapi mereka bersama-sama membicarakan tentang hidup dan kematian. Tentunya tidak semua kita mau membicarakan kematian, bahkan sebagian masayarakat menganggap itu hal yang tabu dibicarakan.
Mitch adalah seorang yang sibuk dengan pekerjaannya. Suatu ketika, tanpa sengaja dia melihat mantan dosennya muncul di salah satu acara televisi. Walaupun dengan rasa ragu, Mitch menemui dosennya itu di rumahnya. Sang dosen, Morrie, mengidap penyakit Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS), sebuah penyakit yang menyerang syaraf. Kelumpuhan yang dialami oleh Morrie menjalar mulai dari ujung kakinya, sampai ke ujung kepalanya.
Morrie menyadari ajalnya tidak lama lagi. Morrie dan Mitch saling berjanji untuk bertemu setiap hari Selasa. Mereka bercakap-cakap (tepatnya Morrie bercerita, Mitch mendengarkan) tentang dunia, mengasihani diri sendiri, penyesalan diri, kematian, keluarga, emosi, ketakutan menjadi tua, uang, cinta abadi, perkawinan,budaya, maaf, hari baik, dan perpisahan. Morrie memang meninggal di akhir buku ini, tapi hidup Mitch tidak sama lagi setelahnya.
Saya pernah membaca buku Mitch Albom, The Five people You Meet In Heaven. Setelah saya membaca buku itu, saya berpikir ulang tentang siapa kira-kira orang yang telah mempengaruhi hidup saya. Karena menurut Mitch, mereka yang mempengaruhi hidup anda, kemungkinan besar akan anda jumpai di surga. Salah satu “orang” dalam hidup saya itu adalah dosen saya. Beliau seorang wanita yang sukses dalam dunia penelitian gen dan molekuler. Beliau mengajarkan kepada saya pertama kali menjadi seorang peneliti, dan beliaulah yang membawa saya ke dunia kerja. Ketika saya membaca buku Tuesday With Morrie ini, kembali saya mengingat beliau. Satu bagian dalam perjalanan hidup saya telah diajarkan olehnya.
Saya bukan penikmat non-fiksi, tapi buku ini menjadi salah satu buku favorite saya.
PS. Dear Irfan, terima kasih untuk kiriman bukunya. Kamu benar, buku ini menjadi salah satu favorite saya.
Be First to Post Comment !
Post a Comment