~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#3 Satin Merah


Judul Buku : Satin Merah
Penulis : Brahmanto Anindito & Rie Yanti
Halaman : 314
Penerbit : Gagas Media


Nadya, gadis SMA kelas 12, berniat mendalami Sastra Sunda sebagai bahan untuk membuat makalah sebagai salah satu syarat Lomba Siswa Teladan se-Bandung Raya. Untuk itu dia menghubungi beberapa sastrawan Sunda guna berguru kepada mereka.  Tekad Nandya untuk memenangkan lomba ini semata-mata agar semua orang mengakuinya. “Aku cuma ingin jadi signifikan”, ambisi Nandya (yang juga menjadi tagline dari novel ini).

Sastrawan pertama yang dijumpai adalah Yahya Soemantri.  Sastrawan yang mempunyai wawasan luas, kaya pengalaman, dan kemampuan berdeskripsi yang kuat. Sayangnya, Yahya seorang suka mengkritik tanpa mau dikritik, nyaris tidak berperasaan.

Sastrawan kedua adalah Didi Sumpena Pamungkas.  Daya analisanya yang kuat membuat sastrawan ini menggeluti dunia kriminalitas.

Sastrawan ketiga, Nining Tresna Munandar, penulis komersial yang selalu mengutamakan cinta sebagai nafas setiap tulisannya.

Sastrawan keempat Hilmi Harun. Pemburu lomba menulis, kreatif dan kritikus yang aktif.

Keempat sastrawan itu merupakan “alat” bagi Nandya untuk mewujudkan ambisinya.  Nandya berusaha menyerap semua emosi positif dari keempat sastrawan itu. Tetapi tentu saja, ada sisi lain dari mereka yang memancarkan emosi negatif. Emosi negatif yang semakin menyuntik ambisi Nandya. Emosi negatif yang mendorong Nandya melakukan sesuatu lebih dari sekedar berguru. Kematian.

Saya tertarik dengan novel ini setelah membaca resensi dari Mbak Nike. Selanjutnya, saya sampai ke situs salah satu penulisnya, Rie Yanti, yang menceritakan bibit lahirnya novel ini. Mungkin karena genre-nya thriller, saya memutuskan harus membeli buku ini. Sempat tertunda beberapa waktu untuk membaca buku ini setelah membelinya 3 Feb kemarin. Hasil akhir, 4 bintang buat buku ini.

2 bintang pertama, masing-masing untuk penulisnya. Salut sekali, buku ini lahir dari “pertemuan online”. Dan masing-masing mengambil peran dalam lahirnya buku ini. Rie untuk literatur sunda, dan Brahmanto untuk suntikan thriller dan detektifnya. Bintang ke 3, novel ini bukan sekedar novel. Seorang (yang mengaku) penulis wajib membaca buku ini. Setelah Heartblock -nya Okke Sepatumerah, baru buku ini yang saya temukan mau berbagi tentang bagaimana menjadi seorang penulis. Bahkan tips self-publishing diulas dalam novel ini. Bintang 4, walaupun novel, banyak informasi tentang teknologi blog yang bisa didapat dari buku ini. Untuk ceritanya sendiri, tidak membosankan bagi saya. Dengan beberapa kalimat berbahasa Sunda yang bisa dipahami, membuat saya sedikit mengalami rasa rindu pada Bogor 


Be First to Post Comment !
Post a Comment