~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#6 Heart Block : Biarkan Cinta Menemukanmu


Judul Buku : Heart Block : Biarkan Cinta Menemukanmu
Penulis : Okke Sepatumerah
Halaman : 316
Penerbit : Gagas Media

Begitu Okke Sepatumerah mengumumkan tentang penerbitan novel terbarunya, buku ini langsung masuk ke dalam daftar-buku-yang-harus-dibeli. Tentu saja, selain melengkapi koleksi novel karya Okke di rak buku-ku, tulisan Okke nyaris tidak pernah terlewatkan oleh saya. Kali ini, saya beli langsung dari Okke, lengkap dengan tandatangannya.

Rasa penasaran saya tertahan cukup lama. Satu bulan. Ini gara-gara jasa ekspedisi yang digunakan untuk mengirimkan buku ini dari Bandung tidak bisa menemukan alamat saya. Rasa penasaran itu juga yang membuat saya memberanikan diri terus “mengejar” Okke lewat segala media sampai buku itu sampai di tangan saya (maaf ya mbak..). Begitu bukunya datang, ternyata ada banyak kesibukan yang membuat novel itu harus menunggu untuk dibaca. Dan akhirnya, siang tadi saya betul-betul membulatkan niat “menenggelamkan” diri di Heartblock. Terbayar sudah rasa penasaran saya.

Heartblock bercerita tentang seorang penulis muda, Senja, yang mengalami masalah writer’s block saat dia harus melaksanakan pekerjaannya sebagai seorang full-writer. Permasalahannya adalah saat itu Senja digambarkan berada di puncak karier. Ketika dia mencoba menepi dari segala kesibukan, dia bertemu dengan sosok pria nyaris sempurna, Genta, pelukis yang juga memiliki masalah sama. Chemistry terjadi di antara keduanya, dan tiba-tiba mereka berdua menemukan kembali “muse” untuk menyelesaikan pekerjaan masing-masing. Pekerjaan selesai, tapi tidak dengan hati mereka.

Btw, komentator anonymous di blog 40 days project-nya Senja kok ya berasa itu Genta ya?

Terlepas dari beberapa kesalahan pengetikan, novel ini bisa dijadikan referensi bagi penulis pemula atau yang ingin berkarir sebagai seorang penulis. Di dalam novel ini tentu saja tidak ada alamat penerbit atau editor ternama, tapi tips-tips tentang menulis cukup tersirat dengan jelas. Apalagi Senja menuliskan khusus mengenai writer’s block pada bagian epilog.

Saya suka dengan kalimat yang diucapkan oleh Genta di dalam novel ini,

“…ini kerjaanku, kalau udah begini, yang namanya mati ide atau nggak mood itu udah nggak ada-kalau nggak, ya nggak makan” (hal.217).

“ketika kamu menjadikan apa pun sebagai profesi, nggak ada waktu untuk mood nggak mendukung atau kehilangan inspirasi” (hal.211).

Bukan hanya menulis, semua hal, ketika sudah masuk daerah profesionalitas, mood tidak berlaku lagi. Sebagai manusia, tentu ada waktu kita merasa lelah, tetapi hal itu tidak menjadi alasan untuk berhenti dan berpaling. Sebagai makhluk yang dilimpahi akal dan hikmat, bisa saja kita menggunakan jalan memutar. Butuh waktu memang, tapi ada tujuan yang harus dicapai.

Heartblock secara keseluruhan masih terasa “Okke banget”. Seperti halnya tokoh Damai pada novel Istoria da Paz (Perempuan dalam Perjalanan) (2008), novel kelima Okke, visualisasi saya terhadap tokoh utama Heartblock, Senja, tidak bisa lepas dari sosok Okke sendiri. Senja yang penulis, Senja yang asisten dosen, Senja yang suka Golden Retriever, Senja yang juga menulis novel adaptasi skenario film. Mungkin Okke memang ingin menggambarkan dirinya, seperti halnya Senja menggambarkan dirinya pada tokoh Kirana di dalam novel yang dibuat oleh Senja.

Anyway, satu quote penutup di novel Heartblock, juga akan saya kutip untuk menutup postingan ini.

“There is no rule on how to write. Sometimes it comes easily and perfectly; sometimes it’s like drilling rock and then blasting it out with charges” (Ernest Hemingway)


Be First to Post Comment !
Post a Comment