~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#193 Bed of Roses


Judul Buku : Bed of Roses (Bride Quartet #2)
Penulis : Nora Roberts
Halaman : 368 (ebook)
Penerbit : Jove Books


Life wasn’t just good, Emma thought. It was a freaking bed of roses.

Melihat Mac dan Carter yang sudah bertunangan dan bahagia mempersiapkan pernikahan mereka, Emma ikut merasa berbahagia. Berbeda dengan Mac, Emma lahir dari pasangan orang tua yang saling mencintai, bahkan ketika mereka sudah memiliki 4 orang anak dan banyak cucu. Tidak heran jika Emma merasa dirinya juga terlahir romantis. Kecintaannya pada bunga menambah keromantisan dalam diri Emma. Dalam bisnis pernikahan, Vows, Emma adalah orang yang bertanggung jawab atas bunga-bunga, buket, dan dekorasi. Bersama-sama dengan Mac si fotografer, Laurel si pembuat kue, dan Parker the time keeper, mereka membangun bisnis impian mereka. Apa lagi yang bisa menambah kebahagiaan Emma?

Seorang pria, tentunya. Dalam angan-angan romantis Emma, dia akan menikah dengan pria yang mengajaknya berdansa di bawah cahaya bulan dan membisikkan "I love you" padanya. Meskipun di antara sahabatnya Emma yang paling sering kencan, Emma tetap menyimpan hatinya untuk pria idamannya itu. Namun siapa yang menyangka kalau dirinya jatuh cinta pada Jack, si arsitek sahabat mereka? Sejak ciuman di bawah tangga dan kencan tanpa syarat dan aturan dengan Jack, Emma menyimpan rapat perasaannya. Yang Emma tahu, Jack tidak punya perasaan yang sama dengannya. Friends with benefits adalah hal yang bisa diterima oleh keduanya saat ini.

Kalau di buku pertama pembaca diajak melihat Mac yang kuat-tapi-rapuh, di buku kedua kita bertemu dengan Emma si romantis yang praktis. Kalau dulu Emma yang paling sering memberi nasihat kepada Mac, kali ini Emma membutuhkan logika Parker untuk mengimbangi perasaannya. Persahabatan keempat gadis ini adalah poin kuat dalam serial Bride Quartet. Yang menarik, apapun masalah yang mereka hadapi, mereka tetap profesional jika dihadapkan pada bisnis mereka. Keempatnya sadar, tidak banyak orang yang bisa menghidupi diri melalui pekerjaan impian yang sekaligus passion mereka. Ketika Emma mendapat tawaran pekerjaan dengan penghasilan menggiurkan, dia tidak tergoda untuk meninggalkan temannya.

Kisah Emma memang romantis, meskipun saya lebih menyukai kisah Mac dan Carter. Sebagai bonus, di buku kedua ini saya bisa tahu kelanjutan kisah Mac dan Carter. Selain itu ada semacam intro untuk kisah Laurel dan Parker. Hm... rasanya harus menuntaskan serial ini dengan segera :)

3 stars

Be First to Post Comment !
Post a Comment